Logo Bloomberg Technoz

Setelah itu, kementerian akan mensinkronisasi data tersebut untuk menentukan keputusan berikutnya.

PT Pertamina International Shipping (PIS) tambah armada kapal tipe Very Large Gas Carriers (VLGC) yang dinamai Kapal Pertamina Gas Dahlia. (Dok. PIS)

Belum Sepakat

Di lain sisi, Laode menegaskan Shell dan BP-AKR masih belum menyepakati untuk membeli BBM dari Pertamina tersebut. Menurut dia, BU hilir migas swasta tersebut meminta waktu untuk menyiapkan data yang dibutuhkan Kementerian ESDM.

“Belum, karena data dari swasta belum kami terima. Masih nunggu data, mereka setuju atau tidak, kita sudah nawarin solusinya,” tegas Laode.

Laode juga mengklaim telah mengumumkan mekanisme jual-beli BBM tersebut kepada seluruh perusahaan SPBU, tetapi dia enggan mengungkapkan mekanisme yang dimaksud olehnya.

“Sudah disampaikan juga bersama dengan Pertamina Patra Niaga.Tadi kan rapatnya semua, ada Pertamina Patra Niaga, ada SPBU swasta,” tegas Laode.

Sebelumnya, Laode telah mengungkapkan pasokan BBM milik Pertamina dipastikan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pelat merah tersebut, meskipun harus memasok untuk BU hilir migas swasta.

Dia juga memastikan spesifikasi BBM milik Pertamina sesuai dengan produk yang dijual Shell dan BP-AKR. Terkait dengan itu, dia menyebut spesifikasi BBM untuk masing-masing nilai research octane number (RON) telah diatur dalam Keputusan Dirjen Migas (Kepdirjen).

“Ini saya sudah baca kan speknya, tersedia dan sesuai dengan spek yang sudah ada,” kata Laode ditemui awak media di kantornya, Selasa (9/9/2025).

Senada, juru bicara Kementerian ESDM Dwi Anggia menyatakan Pertamina telah menyanggupi untuk menyuplai BBM kepada perusahaan SPBU swasta tersebut.

Saat ini, kata Anggia, Pertamina sedang menunggu mekanisme jual-beli BBM dengan SPBU swasta tersebut. Akan tetapi, dia belum dapat memastikan apakah para perusahaan SPBU swasta tersebut bersedia untuk membeli BBM dari Pertamina atau tidak.

“Masih dalam diskusi kan dikembalikan ke masing-masing badan usaha ya, dari badan usaha swasta nya masing-masing,” kata Anggia ditemui di lokasi yang sama.

Diragukan Pakar

Di sisi lain, pakar industri migas memprediksi impor BBM Indonesia akan mencapai sekitar 660.000 barel per hari (bph) untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 1,5 juta juta barel, lantaran kilang milik Pertamina dinilai baru mampu memproduksi BBM sekitar 840.000 bph.

Hal tersebut merespons arahan pemerintah agar BU  hilir migas membeli BBM dari Pertamina, dalam rangka mengatasi keterbatasan pasokan bensin RON 92 dan 95 di SPBU swasta.

Direktur Utama Petrogas Jatim Utama Cendana (PJUC) Hadi Ismoyo berpendapat kapasitas kilang Indonesia setelah proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau ekspansi Kilang Balikpapan rampung dikerjakan memang diyakini meningkat menjadi 1,2 juta bph.

Pun demikian, jumlah produk BBM yang bisa dihasilkan diprediksi tidak sebesar itu, lantaran terdapat faktor rendemen; yaitu perbandingan antara minyak mentah yang masuk ke kilang dengan produk BBM yang keluar. 

Hadi memprediksi, dengan asumsi rendemen kilang rata-rata 70%, maka dari kapasitas 1,2 juta barel tersebut, Indonesia hanya mampu menghasilkan sekitar 840.000 barel BBM per hari.

“Artinya untuk memenuhi kebutuhan nasional, maka diperlukan impor 0,66 juta barel per hari. Produksi nasional kita saat ini 0,60 juta bph, untuk memenuhi kebutuhan kilang saja sebesar 1,2 juta bopd masih butuh 600 bopd import crude [minyak mentah] dari luar,” kata Hadi ketika dihubungi, Senin (8/9/2025).

Sekadar catatan, dua perusahaan ritel BBM swasta—yakni Shell Indonesia dan BP-APKR — melaporkan kehabisan pasokan sejak akhir bulan lalu.

Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura menjelaskan ketersediaan stok dua jenis BBM tersebut hingga hari ini, Senin  (8/9/2025), masih belum kembali normal alias masih mengalami gangguan pasokan.

Sementara itu, Shell Indonesia melaporkan kehabisan pasokan pada lini produk Shell Super, Shell V-Power dan Shell V-Power Nitro+. Akan tetapi, Shell terpantau kembali menjual BBM jenis Shell Super (RON 92) di berbagai SPBU wilayah Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

(azr/wdh)

No more pages