Eminte dengan kode ITIC atau PT Indonesian Tobacco Tbk ikut melemah 8 poin (3,2%) ke Rp242. Harga terendah sepanjang perdagangan Selasa berada di Rp232. Sepanjang tahun ITIC masih mencatat koreksi 6 poin (2,42%).
Padahal sehari sebelumnya, seluruh saham rokok melonjak usai Presiden Prabowo Subianto mengganti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan mantan Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa.
Pasar sempat menilai pergantian ini berpotensi menghadirkan arah kebijakan cukai yang lebih ramah terhadap industri rokok yang mengakibatkan saham-saham emiten rokok terbang pada penutupan perdagangan Senin (8/9/2025).
Namun menurut pengamat pasar modal Indonesia, Reydi Octa, lonjakan tersebut hanya berlangsung singkat.
“Dengan hasil reshuffle kemarin memberikan harapan bahwa pergantian menteri akan membawa arah kebijakan yang ramah terkait cukai rokok. Namun hari ini harga emiten rokok telah mengalami koreksi lagi, mencerminkan bahwa belum ada kepastian soal arah kebijakan tersebut, jadi hanya euforia sesaat,” ujarnya.
Reydi menambahkan, prospek emiten rokok saat ini cenderung penuh tekanan. Meski secara karakter defensif dengan arus kas yang stabil, ketidakpastian cukai dan arah fiskal membuat sektor ini rawan regulasi.
“Jika kenaikan tarif cukai naik agresif, margin emiten akan tergerus. Investor perlu mencermati bahwa emiten rokok belum menjadi pilihan utama dalam kondisi seperti sekarang, namun bisa dipilih apabila memiliki toleransi risiko cukup tinggi,” jelasnya.
Dari sisi valuasi, Reydi menilai HMSP lebih menarik dibanding GGRM. “Jika dibandingkan GGRM, HMSP memiliki margin yang stabil, distribusi lebih luas, serta secara historis tiga tahun terakhir PE Band HMSP saat ini berada sedikit di bawah standar deviasi mean (0), lebih murah valuasinya. GGRM berada jauh di atas standar deviasi +2. Namun risiko kebijakan cukai tetap bisa memukul keduanya secara bersamaan,” ucap dia.
Dengan dinamika ini, investor masih menunggu sinyal kebijakan fiskal dari Menkeu baru terkait tarif cukai hasil tembakau. Sentimen tersebut dinilai akan menjadi penentu arah selanjutnya bagi pergerakan saham-saham rokok.
(wep)
































