Selain itu, kebijakan work from home (WFH) yang diberlakukan pemerintah karena gangguan keamanan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menambah deretan panjang tekanan pelaku usaha.
"Ketakutan karyawan masuk kantor turut mengurangi pendapatan usaha mikro dan ultra mikro, dan para pengemudi ojol," pungkasnya.
Aksi demonstrasi tengah memanas di berbagai wilayah di Indonesia. Aksi unjuk rasa yang dilakukan sejak Senin (25/8/2025) di sejumlah wilayah baik di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) telah menyebar ke berbagai wilayah.
Mulanya, demonstran memprotes fasilitas dan tunjangan tinggi yang diterima DPR. Namun, aksi tersebut memanas ketika seorang pengemudi ojek online (ojol) dilindas mobil Brimob dalam demonstrasi yang digelar Kamis (28/8/2025).
Massa yang mulai ricuh kemudian melakukan pembakaran beberapa fasilitas umum. Tak hanya itu, massa pun mulai melakukan penjarahan di beberapa titik demo.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyebut, estimasi kerugian yang ditimbulkan akibat demonstrasi yang berujung kericuhan di Jakarta sepanjang pekan lalu mencapai Rp55 miliar.
Ia merinci, untuk kerugian infrastruktur MRT Jakarta mencapai Rp3,3 miliar. Kemudian, kerusakan infrastruktur Trans Jakarta mencapai Rp41,6 miliar. Sedangkan untuk kerusakan CCTV dan infrastruktur lainnya sebesar Rp5,5 miliar.
"Kerusakan infrastruktur MRT sebesar Rp3,3 miliar, Trans Jakarta sekitar Rp41,6 miliar, dan CCTV serta fasilitas lain Rp5,5 miliar," kata Pramono dalam rapat koordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah DKI Jakarta di Balai Kota Jakarta, Senin, (1/9/2025).
Selain itu, Pramono juga menyebutkan bahwa pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus memberikan subsidi transportasi mencapai Rp18 miliar. Hal ini dikarenakan, pemerintah memberikan harga Rp1 untuk layanan MRT dan Trans Jakarta hingga 8 September 2025.
(ell)

































