Kemudian, sumber listrik dari air dengan potensi mencapai sekitar 95 GW, yang dimanfaatkan hanya sekitar 7,18 GW.
Begitu juga dengan panas bumi atau geothermal dengan potensi 24 GW, tetapi baru dimanfaatkan sekitar 2,69 GW.
Di sisi lain, Yuliot menambahkan, Presiden Prabowo Subianto belakangan menaruh perhatian serius pada upaya peningkatan bauran energi bersih dalam sistem kelistrikan nasional.
"Jadi kalau melihat potensi ini, banyak yang bisa kita kembangkan ke depan," tutur dia.
"Ini bisa kita kembangkan untuk menggantikan energi fosil guna meminimalisir emisi."
Apalagi, pemerintah telah meluncurkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode 2025 sampai dengan 2034 yang baru disahkan pada awal Juni lalu.
Dalam dokumen tersebut, PLN berencana menambah kapasitas listrik terpasang mencapai 69,5 GW pada periode 2025 sampai dengan 2034.
Sebagian besar kapasitas setrum itu berasal dari pembangkit EBT mencapai 42,6 GW, sekitar 61% dari keseluruhan rencana kapasitas terpasang.
Sementara itu, PLN masih memiliki ruang sebesar 16,6 GW untuk menambah kapasitas listrik dari pembangkit fosil.
Alokasi pembangkit fosil itu mengambil porsi mencapai 24% dari total kapasitas pembangkit dalam dokumen RUPTL tersebut.
Di sisi lain, PLN bakal ikut mendorong investasi pada kapasitas penyimpanan listrik atau storage mencapai 10,3 GW selama 10 tahun mendatang.
(ibn/naw)
































