Logo Bloomberg Technoz

Jika Megathrust memicu likuefaksi di kawasan padat penduduk, maka kerusakan bisa meluas tanpa ampun. Rumah, jalan, dan fasilitas publik hilang dalam sekejap, meninggalkan trauma panjang bagi masyarakat.

  1. Kebakaran Akibat Jaringan Rusak

Gempa besar tak hanya mengguncang tanah, tetapi juga merusak infrastruktur vital seperti jaringan listrik dan gas. Dari situ, potensi kebakaran besar bisa terjadi. Api yang menjalar cepat sulit dipadamkan, apalagi bila akses menuju lokasi tertutup oleh reruntuhan.

Kasus kebakaran pasca gempa kerap memperparah kondisi darurat. Di satu sisi, tim penyelamat fokus mengevakuasi korban. Di sisi lain, kebakaran mengancam semakin banyak nyawa dan harta benda.

  1. Korban Jiwa dan Beban Fasilitas Kesehatan

Skenario terburuk Megathrust adalah banyaknya korban jiwa dan cedera. Bangunan runtuh, puing-puing yang menimpa, hingga sapuan tsunami dapat memakan ribuan korban dalam hitungan menit.

Fasilitas kesehatan yang terbatas makin kewalahan menghadapi lonjakan pasien. Banyak rumah sakit di daerah rawan bencana yang infrastrukturnya sendiri tidak cukup kuat menahan gempa besar, sehingga pelayanan medis semakin terganggu.

  1. Gangguan Ekonomi yang Menghantam Berat

Kerusakan akibat Megathrust tak hanya menyentuh sektor fisik, tetapi juga ekonomi. Pertanian, perdagangan, industri, dan pariwisata bisa lumpuh total. Biaya rekonstruksi mencapai triliunan rupiah, dan pemulihan butuh waktu bertahun-tahun.

Selain itu, mata pencaharian masyarakat terhenti. Nelayan tak bisa melaut, pedagang kehilangan pasar, sementara investor menarik diri dari wilayah terdampak. Dampak ekonomi ini membuat pemulihan tidak hanya bersifat fisik, melainkan juga sosial.

  1. Dislokasi Penduduk dan Krisis Kemanusiaan

Kerusakan rumah serta infrastruktur membuat ribuan hingga jutaan orang berpotensi kehilangan tempat tinggal. Mereka terpaksa tinggal di tenda atau penampungan darurat dengan kondisi minim fasilitas.

Krisis kemanusiaan kemudian muncul: kekurangan makanan, air bersih, hingga layanan kesehatan. Situasi pengungsian yang berlarut-larut juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit.

Mitigasi: Upaya Pengurangan Risiko Bencana Besar

Petugas memantau peringatan gempa dan tsunami di Gedung BMKG, Jakarta, Jumat (8/11/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Meskipun Megathrust tidak bisa dicegah, dampaknya bisa dikurangi melalui mitigasi bencana yang tepat. Mitigasi mencakup edukasi masyarakat, pembangunan infrastruktur tahan gempa, hingga sistem peringatan dini tsunami.

Edukasi dan Simulasi

Masyarakat yang tinggal di daerah rawan harus diberi pemahaman tentang apa yang harus dilakukan saat gempa besar terjadi. Simulasi evakuasi rutin perlu digelar agar warga tidak panik dan tahu jalur aman yang harus ditempuh.

Infrastruktur Tahan Bencana

Bangunan publik seperti sekolah, rumah sakit, dan kantor pemerintahan sebaiknya dirancang tahan gempa. Jepang menjadi contoh nyata di mana desain arsitektur dan teknologi mitigasi mampu menekan jumlah korban meski gempa besar sering terjadi.

Sistem Peringatan Dini

Indonesia telah mengembangkan sistem peringatan dini tsunami, namun penggunaannya harus lebih optimal. Jaringan sensor, sirene peringatan, dan penyebaran informasi real-time ke masyarakat sangat penting untuk menyelamatkan banyak nyawa.

Peran Pemerintah dan Kolaborasi Internasional

Pemerintah memiliki tanggung jawab utama dalam menyiapkan skenario darurat. Namun, kerja sama internasional juga sangat dibutuhkan, baik dalam hal teknologi mitigasi, bantuan kemanusiaan, maupun pendanaan untuk pemulihan.

Ancaman yang Tak Bisa Diremehkan

Petugas memantau peringatan gempa dan tsunami di Gedung BMKG, Jakarta, Jumat (8/11/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Gempa Megathrust bukanlah sekadar teori. Potensi bencana ini nyata dan telah dipelajari oleh banyak ahli. Dampaknya bisa meluas: tanah longsor, likuefaksi, kebakaran, korban jiwa, kerugian ekonomi, hingga krisis pengungsian.

Mitigasi menjadi kunci utama untuk mengurangi risiko. Dengan kesiapan masyarakat, infrastruktur yang kuat, serta peringatan dini yang efektif, dampak bisa ditekan.

Namun, tanpa langkah nyata, ancaman Megathrust akan selalu menjadi bayang-bayang yang menakutkan bagi jutaan penduduk Indonesia. Kesadaran kolektif, tanggung jawab pemerintah, serta solidaritas masyarakat menjadi faktor penentu apakah kita bisa bertahan menghadapi bencana raksasa ini.

(seo)

No more pages