Logo Bloomberg Technoz

"Ini dasarnya ini karena ada insecure family tahu enggak? [Hal] yang pernah ngalamin industrinya gone. Either gone gara-gara kelapa sawit atau gone gara-gara Jepang. It's just gone. You don't know how insecure we are?" tuturnya.

Walhasil, berkaca pada hal tersebut, Victor menekankan pentingnya kemampuan multitasking dalam keluarganya maupun tim profesionalnya.

Dia juga menerapkan prinsip diversifikasi hingga ke level individu. Kepada para profesional di internal grup, Victor secara terbuka menyarankan agar mereka memiliki sumber pendapatan atau investasi di luar pekerjaan utama.

"Anyway, jadi kalau bisa ya, ada income di luar satu itu yang whatever you're doing. Ini diversifikasi guys. Jadi kita enggak pernah ngestop karyawan Djarum, ya sudah you invest aja di apalah whatever you want to invest di Microsoft, Nvidia, I don't care. Just something lah gitu. In case, ya kita enggak mau bangkrut ya. Cuma kadang-kadang bisa kejadian," jelasnya.

Sebagai catatan saja, Grup Djarum belum lama ini turut menambah portfolio mereka kepada dua emiten yang menjadi sasaran akumulasi yakni PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) dan PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) lewat lengah investasinya PT Dwimuria Investama Andalan

Sebagai informasi, Dwimuria secara bertahap masuk ke SSIA dimulai pada 4 Juli 2025, di mana Dwimuria langsung menggenggam 5,27% atau sekitar 247,99 juta saham SSIA. Pada 9 Juli 2025, perusahaan kembali menambah 2,3 juta saham, sehingga total kepemilikannya naik menjadi 5,32%.

SSIA sendiri tengah menjalankan proyek ambisius Subang Smartpolitan, kawasan industri terpadu seluas 2.717 hektare yang kini mulai menarik tenant besar seperti BYD dan beberapa investor dari Jepang dan China.

Di sisi lain, Grup Djarum secara resmi menjadi pemegang saham HEAL melalui akuisisi 559,19 juta saham hasil pembelian kembali (buyback) yang dilakukan oleh emiten rumah sakit tersebut.

Saham-saham itu dilepas di luar bursa dengan harga Rp1.875 per saham, atau sekitar 32% lebih tinggi dari harga pasar saat itu di kisaran Rp1.420. Nilai total transaksinya mencapai sekitar Rp1,04 triliun.

Menariknya, pembelian besar-besaran oleh grup Djarum ini dilakukan justru ketika kedua emiten tengah berada dalam fase kinerja yang belum optimal.

(lav/ain)

No more pages