Logo Bloomberg Technoz

Sentimen negatif bagi pasar tembaga itu, lanjut dia, berpotensi menyebabkan lonjakan harga komoditas logam penting tersebut dalam jangka pendek.

Dia pun memprediksi pelaku pasar atau trader akan bereaksi dengan menawar harga lebih tinggi karena pasokan yang terhambat.

“Harga tembaga telah melonjak 12% pada 2025, bahkan sebelum insiden ini, didorong oleh pembukaan kembali ekonomi China dan permintaan yang tak terpuaskan dari transisi energi,” ungkap Wahyu.

Spread harga tembaga di LME dan Comex./dok. Bloomberg

Menurut dia, dalam beberapa pekan kedepan harga tembaga akan melonjak ke level US$9.719/ton dengan level resistensi terdekat di sekitar US$10.000/ton hingga US$10.200/ton.

“Akan ada volatilitas yang tinggi. Harga bisa melonjak tajam, tetapi juga bisa terkoreksi cepat jika ada berita klarifikasi dari Codelco mengenai skala dan durasi penghentian produksi, atau jika ada data ekonomi global yang kurang mendukung,” tegasnya.

Dalam jangka panjang, dia memprediksi harga tembaga dunia dapat mencapai US$12.000/ton dalam beberapa tahun ke depan jika insiden tersebut menyebabkan defisit pasokan tembaga dunia.

“Tembaga telah berada dalam tren kenaikan jangka panjang yang kuat sejak awal 2021, dengan koreksi yang sehat. Harga saat ini berada di level yang signifikan. Insiden Codelco memberikan dorongan bullish tambahan pada pasar yang sudah memiliki fundamental kuat,” tegasnya.

Codelco telah menyatakan akan menyelidiki penyebab kecelakaan maut di tambang El Teniente, yang merupakan tambang tembaga bawah tanah terbesar di dunia, serta berjanji akan mencegah tragedi lainnya terjadi lagi pada masa mendatang.

El Teniente sangat penting bagi tujuan Codelco untuk kembali ke produksi pra-pandemi sekitar 1,7 juta ton per tahun, dari sekitar 1,4 juta ton saat ini. Tambang tersebut menyumbang sekitar seperempat dari total produksi perusahaan.

Tambang tersebut disebut memproduksi 356.000 ton tembaga tahun lalu, menjadikannya tambang tunggal terbesar Codelco. Volume tersebut setara dengan lebih dari sebulan impor tembaga olahan dari China.

Codelco sendiri mencatatkan peningkatan produksi sebesar 9% pada semester I-2025 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menandakan bahwa pemasok tembaga terbesar di dunia ini berada di jalur yang tepat dalam upaya pemulihannya.

Adapun, tembaga di London Metal Exchange (LME) diperdagangkan sebesar US$9.687/ton pagi ini atau naik 0,59% secara harian.

Menurut kajian BMI, lengan riset Fitch Solutions dari Fitch Group, prospek produksi untuk komoditas logam penting ini diramal masih akan tumbuh kuat hingga 2034.

Ekspansi baru tambang tembaga di berbagai negara mulai kembali bermunculan, didukung oleh harga yang mencapai rekor historis serta prospek permintaan yang masih cerah.

“Kami memperkirakan produksi tambang tembaga global akan meningkat dengan tingkat tahunan rata-rata 2,9% selama periode 2025—2034, dengan output tahunan meningkat dari 23,8 juta pada 2025 menjadi 30,9 juta pada 2034,” papar tim riset BMI dalam laporannya.

Untuk 2025 saja, produksi tambang tembaga dunia diestimasikan meningkat 2,5% secara year on year (yoy), ditopang oleh pemulihan produksi di Cile dan peningkatan produksi di tambang Oyu Tolgoi, Mongolia.

Peru, Rusia, dan Zambia juga akan tetap menjadi kontributor utama pasokan tembaga global. Akan tetapi, produksi dari Indonesia, Kanada, dan Kazakhstan ditaksir akan mengalami penurunan, meski tidak dijelaskan seberapa signifikan penurunan tersebut.

(wdh)

No more pages