Mitchel Ferman -- Bloomberg News

Bloomberg, Shell Plc mencatat penurunan laba 32% pada kuartal II-2025 akibat koreksi harga komoditas dan kesulitan pada unit perdagangan migas di tengah gejolak pasar selama periode tersebut.

Perusahaan energi terbesar di Eropa itu menghadapi volatilitas ekstrem selama tiga bulan yang berakhir Juni, mulai dari eskalasi perang dagang oleh Presiden AS Donald Trump, keputusan mengejutkan OPEC+ untuk mempercepat peningkatan produksi, hingga pecahnya konflik singkat di Timur Tengah.

Harga minyak mentah pada akhirnya ditutup turun sekitar 10% pada akhir kuartal tersebut.

Shell mencatat laba bersih yang disesuaikan sebesar US$4,26 miliar pada kuartal kedua, turun dari US$6,29 miliar pada periode yang sama tahun lalu.