Kedua, varian baru Covid-19 XFG atau Stratus (dan juga Nimbus) adalah subvarian dari jenis varian Omicron.
Saat ini di dunia memang Nimbus yang dominan di dunia, tetapi Stratus juga semakin banyak dan bukan tidak mungkin akan jadi paling banyak di dunia juga.
“Karena itu tidaklah heran kalau sekarang ada laporan bahwa Stratus jadi yang dominan di Indonesia,”katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (30/07).
Ketiga, Stratus / XFG merupakan rekombinasi dari LF.7 dan LP.8.1.2. XFG juga punya empat mutasi.
Menurut Prof Tjandra, secara keseluruhan hal ini dapat berdampak pada kemungkinan peningkatan kasus, yang disebabkan melemahnya proteksi. Walau sejauh ini, kata dia, vaksin COVID-19 yang sekarang masih dapat digunakan.
“Khususnya untuk yang simtomatik (pengobatan yang hanya menangani gejala yang muncul) dan kasus yang berat,”katanya.
Gejala Stratus
Prof Tjandra mengatakan tentang gejala varian Stratus secara umum tak membedakan varian dan sub varian lainnya. Seperti, batuk kering, demam, sakit kepala, mual dan nyeri otot.
Tetapi ntuk gejala khasnya varian Stratus ini adalah suara parau, atau bahasa Inggrisnya "hoarseness, scratchy, raspy voice."
Masyarakat Harus Terima Kenyataan Covid-19 masih ada
Prof Tjandra mengatakan bahwasannya kita harus menyadari bahwa Covid-19 masih terus berdampingan hingga saat ini. Dengan itu, maka kata dia, masyarakat harus terima kenyataan bahwa dari waktu ke waktu akan ada saja laporan varian atau sub varian baru dari SARS-COV-2, seperti varian Nimbus dan sekarang ada varian Stratus.
(dec/spt)

































