Logo Bloomberg Technoz

Harga emas dunia genap ‘merah’ selama 4 hari beruntun. Selama 4 hari tersebut, harga terpangkas 3,5%.

Sejumlah sentimen menjadi beban bagi langkah emas. Pertama adalah kabar di bidang perdagangan.

Akhir pekan lalu, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa telah mencapai kesepakatan seputar tarif. Impor asal Benua Biru yang masuk ke Negeri Paman Sam dikenakan tarif bea masuk sebesar 15%.

Delegasi AS dan China pun sedang menggelar pertemuan di Stockholm (Swedia). South China Morning Post memberitakan kedua negara sepertinya akan menyepakati ‘gencatan senjata’ di bidang perdagangan untuk 3 bulan mendatang.

“Kami sudah mendekati kesepakatan dengan China. Kami sebenarnya sudah ada semacam kesepakatan dengan China, tetapi kita lihat saja bagaimana perkembangannya,” kata Presiden AS Donald Trump, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.

Emas adalah aset yang dipandang aman (safe haven asset). Ketika situasi lebih tenang, biasanya investor lebih mengincar aset-aset berisiko yang bisa mendatangkan keuntungan secara instan.

Sentimen kedua adalah seputar arah kebijakan moneter, terutama di AS. Pekan ini, bank sentral Federal Reserve akan mengumumkan suku bunga acuan dalam rapat Komite Pengambil Kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC).

Pasar memperkirakan Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat masih akan mempertahankan Federal Funds Rate di 4,25-4,5%. Berdasarkan CME FedWatch peluangnya mencapai 96,9%.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas menjadi kurang menguntungkan saat suku bunga belum turun.

(aji)

No more pages