Logo Bloomberg Technoz

“Malah kita bisa memperpanjang usia cadangan kita, memperpanjang usia umur dari nikel itu sendiri menjadi lebih panjang dibandingkan dengan apabila kita mengonsumsi dengan menggunakan nikel kita,” tuturnya.

Industri smelter pirometalurgi di Indonesia selama ini sudah cukup tertekan, bahkan rentan berujung pada krisis seperti yang dialami industri smelter tembaga di China.

Tak tanggung-tanggung, beberapa pemain besar di sektor ini  telah melakukan penyetopan lini produksi sementara sejak awal tahun ini akibat margin yang makin menipis, bahkan mendekati nol, saat permintaan baja nirkarat China turun dan biaya produksi makin meningkat.

Anggota dewan Penasihat Asosiasi Penambang Indonesia (APNI) Djoko Widajatno mengatakan setidaknya terdapat empat perusahaan smelter nikel yang terpantau telah melakukan penyetopan sementara atau shutdown sebagian lini produksinya.

Mereka a.l. PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) dan PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) yang masing-masing beroperasi di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah.

Lalu, Huadi PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) di Konawe, Sulawesi Tenggara dan PT Huadi Nickel Alloy Indonesia (HNAI).

Krisis yang terjadi di industri smelter tersebut menyebabkan tenaga kerja juga terdampak secara massal. IMIP bahkan dilaporkan oleh Federasi Pertambangan dan Energi (FPE) telah melakukan PHK sebanyak 3.000 pegawai di sentra industri nikel Sulawesi Tengah itu pada April 2025, meski kabar tersebut dibantah oleh IMIP.

Baru-baru ini, Serikat Buruh Industri Pertambangan dan Energi (SBIPE) melaporkan sebanyak 1.200 karyawan telah dirumahkan oleh perusahaan smelter nikel PT Huadi Nickel Alloy Indonesia dan tiga anak usahanya.

Ketiga anak perusahan tersebut yakni PT Huadi Wuzhou Nickel Industry, PT Huadi Yatai Nickel Industry, dan PT Huadi Yatai Nickel Industry Il yang semuanya bergerak di industri hilirisasi nikel. Adapun, Huadi Group beroperasi di Kawasan Industri Bantaeng (KIBA), Sulawesi Selatan.

Sejak awal tahun ini, sederet dinamika terus mewarnai operasional perusahaan China di industri hilir nikel Tanah Air seiring dengan berlanjutnya tekanan harga nikel.

Nikel diperdagangkan di harga US$15.465/ton hari ini di London Metal Exchange (LME), terkoreksi 0,69% dari penutupan hari sebelumnya.

Sepanjang 2024, harga menyentuh rekor terendah dalam empat tahun terakhir setelah sebelumnya diproyeksikan mencapai US$18.000/ton, turun dari perkiraan sebelumnya di level US$20.000/ton, menurut lengan riset dari Fitch Solutions Company, BMI.

Gejala ambruknya harga nikel sudah terdeteksi sejak 2023. Rerata harga saat itu berada di angka US$21.688/ton atau terjun bebas 15,3% dari tahun sebelumnya US$25.618/ton. Kemerosotan itu dipicu oleh pasar yang terlalu jenuh ditambah dengan lesunya permintaan.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mendata impor bijih dan konsentrat nikel dari Filipina mencapai 2,77 juta ton sepanjang Januari—Mei 2025.

Sepanjang 2024, RI tercatat mengimpor 10,18 juta ton bijih nikel dari Filipina yang didatangkan dari berbagai pelabuhan termasuk Morowali, Sulawesi Tengah dan Teluk Weda, Maluku Utara.

(azr/wdh)

No more pages