RI Mau Pangkas Produksi Nikel: Impor Bisa Bengkak, Baterai Mahal
Azura Yumna Ramadani Purnama
18 December 2025 13:10

Bloomberg Technoz, Jakarta – Rencana Indonesia mengurangi produksi bijih nikel pada 2026 dinilai berisiko membuat impor komoditas tersebut membengkak pada tahun depan guna memenuhi kebutuhan produksi smelter domestik. Tak ayal, harga baterai kendaraan listrik juga diproyeksi naik.
Indonesia dikabarkan memangkas target produksi bijih nikel dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2026 menjadi 250 juta ton dari target tahun ini sebanyak 379 juta ton.
Menurut analis komoditas dan Founder Traderindo Wahyu Laksono, penurunan pasokan dari Indonesia akan meningkatkan ketergantungan bijih impor dari Filipina untuk smelter di Tanah Air.
“Akan meningkatkan ketergantungan smelter domestik pada bijih impor, terutama dari Filipina, yang berisiko menaikkan biaya produksi smelter di dalam negeri,” kata Wahyu ketika dihubungi, Kamis (18/12/2025).
Selain itu, dia menyatakan jika harga nikel nantinya melonjak tinggi akibat suplai dari Indonesia berkurang, harga baterai electric vehicle (EV) berbasis nikel-mangan-kobalt atau nickel manganese cobalt (NMC) berpotensi terkerek naik hingga akhirnya produsen EV berpotensi makin masif beralih ke baterai lithium iron phosphate (LFP).































