Kilang Pertamina Dapat Kredit USD 100 Juta dari Bank UEA

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus memperkuat fondasi bisnisnya di tengah dinamika industri energi global yang kian kompleks. Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah memastikan kecukupan modal kerja guna menjaga kelancaran proses operasional dan keandalan pasokan energi nasional.
Dalam upaya tersebut, KPI resmi memperoleh fasilitas kredit bank luar negeri senilai USD 100 juta dari First Abu Dhabi Bank (FAB) Cabang Singapura. Bank asal Uni Emirat Arab ini dikenal sebagai salah satu institusi keuangan terkemuka di kawasan Timur Tengah dan global.
Perolehan fasilitas kredit ini menjadi tonggak penting bagi KPI dalam memperkuat struktur pendanaan perusahaan. Pembiayaan tersebut akan dimanfaatkan sebagai modal kerja untuk mendukung pembelian bahan baku minyak mentah seiring meningkatnya utilisasi kilang.
Direktur Keuangan KPI, Fransetya Hasudungan Hutabarat, menjelaskan bahwa kebutuhan modal kerja menjadi krusial sejalan dengan pengembangan dan peningkatan kinerja operasional kilang yang terus berlangsung.
"Pembiayaan ini akan dimanfaatkan sebagai modal kerja untuk mendukung proses pembelian bahan baku, seiring meningkatnya utilisasi kilang dan kebutuhan perusahaan untuk menjaga keandalan suplai dalam mendukung operasional yang terus berkembang," ujar Direktur Keuangan KPI Fransetya Hasudungan Hutabarat.
Menurut Fransetya, fasilitas kredit dari lembaga keuangan internasional ini memberikan dampak positif yang signifikan. Selain memperkuat struktur pendanaan global, fasilitas tersebut juga meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam mengamankan pasokan minyak mentah.
Ia menilai, fleksibilitas pembiayaan menjadi faktor penting di tengah volatilitas pasar energi global. Dengan dukungan pendanaan yang memadai, KPI dapat merespons dinamika pasar dengan lebih adaptif dan terukur.
"Dukungan fasilitas pembiayaan dari luar negeri juga mencerminkan pengakuan pasar global terhadap kinerja perusahaan yang semakin kuat, di tengah tantangan industri energi yang kompleks," ujar Fransetya.
Pengakuan Global di Tengah Tantangan Energi
Fransetya menambahkan bahwa capaian ini mencerminkan tingkat kepercayaan lembaga keuangan global terhadap KPI. Keberhasilan memperoleh pembiayaan internasional dinilai sebagai indikator fundamental perusahaan yang solid dan berkelanjutan.
“Kerja sama ini menunjukkan bahwa KPI dipandang sebagai perusahaan dengan fundamental yang solid dan prospek jangka panjang yang positif. Keberhasilan memperoleh fasilitas kredit dari bank internasional di tengah ketidakpastian geopolitik, volatilitas harga minyak dunia, serta dinamika pasar energi global merupakan pencapaian penting bagi perusahaan,” ujar Fransetya.
Saat ini, pasar energi global masih berada dalam tekanan berbagai faktor eksternal. Ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah berpotensi mengganggu stabilitas suplai minyak dunia dan memicu fluktuasi harga yang signifikan.
Selain itu, dinamika produksi negara-negara OPEC+ serta tren permintaan global yang terus berubah turut memengaruhi pergerakan harga minyak mentah. Di sisi lain, percepatan transisi energi juga berdampak pada pola investasi di sektor minyak dan gas.
Dalam konteks tersebut, dukungan pembiayaan luar negeri dari bank asal Uni Emirat Arab menjadi sinyal positif bagi posisi KPI. Hal ini menunjukkan bahwa KPI tetap dipercaya sebagai salah satu pelaku utama industri pengolahan minyak di kawasan.
Kepercayaan global lenders ini juga memperkuat peran KPI sebagai bagian penting dari rantai pasok energi nasional. Dengan pendanaan yang kuat, KPI memiliki ruang gerak lebih luas untuk menjaga stabilitas operasional kilang.
Di tingkat nasional, tantangan pemenuhan kebutuhan energi masih menjadi perhatian utama. Konsumsi bahan bakar minyak di dalam negeri tercatat lebih tinggi dibandingkan kapasitas produksi kilang nasional.
Kondisi tersebut membuat Indonesia masih harus mengimpor sebagian produk BBM untuk menjaga ketercukupan pasokan. Situasi ini menuntut optimalisasi kinerja kilang dalam negeri agar ketergantungan impor dapat ditekan secara bertahap.
"Dengan meningkatnya utilisasi kilang serta penguatan struktur pembiayaan untuk pengadaan minyak mentah, KPI berperan penting dalam mengoptimalkan produksi BBM domestik, secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap impor, dan mendukung ketahanan energi nasional," ujar Fransetya.
Melalui penguatan pembiayaan ini, KPI diharapkan dapat menjaga kontinuitas pasokan BBM dan mendukung stabilitas energi nasional. Upaya tersebut sejalan dengan mandat strategis perusahaan sebagai anak usaha Pertamina.
KPI juga terus berkomitmen memperkuat infrastruktur pengolahan minyak melalui peningkatan performa operasional kilang. Berbagai proyek strategis dan kolaborasi dengan mitra global terus dijalankan untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi.
"Fasilitas kredit sebesar USD 100 juta dari bank FAB ini menjadi langkah strategis yang akan memperkuat rantai pasok, meningkatkan kapasitas pemrosesan minyak mentah, dan berkontribusi terhadap upaya perusahaan dalam menjaga ketahanan energi Indonesia," tutup Fransetya.
Sebagai informasi, KPI merupakan anak perusahaan Pertamina yang menjalankan bisnis pengolahan minyak dan petrokimia dengan mengedepankan prinsip Environment, Social, dan Governance. KPI juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact dan berkomitmen menjalankan Sepuluh Prinsip Universal dalam strategi operasionalnya.
Dengan dukungan pendanaan global dan penerapan prinsip ESG, KPI terus melangkah menuju visinya sebagai perusahaan kilang minyak dan petrokimia berkelas dunia yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial, serta memiliki tata kelola perusahaan yang kuat.































