Logo Bloomberg Technoz

Nasib tak kalah muram dialami WTON. Anak usaha WIKA ini hanya mampu mengantongi laba bersih Rp4,34 miliar, terjun bebas 75,74% dibanding Rp17,89 miliar pada semester I/2024. Pendapatan usaha juga longsor 28,76% menjadi Rp1,56 triliun.

Pendapatan WTON masih didominasi oleh penjualan beton (Rp1,37 triliun) dan jasa (Rp195 miliar), dengan distribusi pasar nyaris berimbang antara Jawa (Rp823,84 miliar) dan luar Jawa (Rp745,46 miliar). Penurunan beban pokok menjadi Rp1,47 triliun belum cukup menahan tekanan pada laba kotor yang susut ke Rp90,82 miliar dari sebelumnya Rp145,11 miliar.

Beban umum dan administrasi relatif stabil, namun laba usaha anjlok drastis ke Rp13,38 miliar, dibandingkan Rp66,73 miliar tahun lalu. Dari sisi neraca, aset turun menjadi Rp6,70 triliun, sementara liabilitas berhasil ditekan ke Rp3,01 triliun. Ekuitas tetap stagnan di Rp3,68 triliun.

PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. (WEGE) menjadi yang paling terpukul. Perusahaan ini hanya membukukan laba bersih Rp400 juta, merosot tajam 97,8% dari Rp18,6 miliar di semester I/2024. Pendapatan tergerus 34% menjadi Rp907,8 miliar.

Meskipun beban pokok menurun, tekanan berat datang dari beban usaha, beban keuangan, dan kerugian entitas asosiasi. Arus kas operasional negatif mencapai Rp601 miliar, mencerminkan ketimpangan pembayaran ke pemasok dibanding penerimaan dari pelanggan.

Kas dan setara kas terjun dari Rp1,03 triliun di akhir 2024 menjadi hanya Rp161 miliar. Total aset menyusut ke Rp5,13 triliun, sedangkan liabilitas berkurang menjadi Rp2,53 triliun. Namun, tekanan likuiditas tetap tinggi dan berpotensi menghambat ekspansi maupun pemulihan jangka pendek.

Ketiga emiten dalam grup WIKA kini menghadapi tekanan finansial yang kompleks mulai dari kontraksi pendapatan, arus kas negatif, hingga melemahnya rasio profitabilitas. Tekanan ini datang di tengah proses transformasi dan upaya penyehatan keuangan yang telah lama digulirkan, tetapi belum menunjukkan hasil signifikan.

(dhf)

No more pages