"Dengan konsolidasi ini kita berharap kita punya tidak terlalu banyak players, tapi semua kuat-kuat, modalnya juga kuat kapastitas profesional juga kuat, sehingga mereka bisa menahan risiko lebih banyak di dalam negeri, tapi tidak hanya sekadar menahan memperbanyak retensi di dalam negeri, tapi mereka juga dengan keahlian yang mereka punya yang juga kuat itu mereka juga mampu menseleksi risiko," jelas Delil.
Namun demikian, menurut dia, tetap diperlukan strategi penyebaran risiko keluar negeri, terutama untuk risiko-risiko yang terlalu besar atau bersifat volatil.
"Sehingga risiko yang kita bangun di dalam negeri itu adalah risiko yang kualitasnya bagus, kemudian kita juga mampu mengidentifikasi risiko mana yang memang sebaiknya tidak kita retain di dalam negeri, tapi kita lepaskan jadi tetap kita akan perlu men-spread risiko ke luar, karena itu prinsip dasar asuransi tapi risiko yang baik kualitasnya kita tambahkan seperti itu," pungkasnya.
Untuk diketahui, konsolidasi reasuransi perusahaan reasuransi BUMN yang ditargetkan pada 2028 merupakan bagian atau roadmap dari Indonesia Re. Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI pada Selasa (1/7/2025) dijelaskan bahwa 2 reasuransi yang akan ikut konsolidasi yakni PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nasre) dan PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure), sebagaimana diberitakan oleh Kontan.
Selain itu, merger dan akuisisi antara Indonesia Re dengan Tugure ditargetkan berlangsung pada 2026. Adapun, target merger dan akuisisi Indonesia Re dengan Nasre akan terjadi pada 2027. Sehingga, konsolidasi reasuransi BUMN keseluruhan rampung pada 2028.
(lav)


































