Logo Bloomberg Technoz

Akan tetapi, volume pekerjaan untuk permintaan yang ada (existing) masih meningkat. Meski ekspansinya menjadi yang terlemah dalam 6 bulan terakhir.

Pembelian bahan baku masih meningkat karena peningkatan produksi tersebut, tetapi lajunya melambat. Akumulasi produksi pun lemah, dan jumlah produk jadi menurun karena dunia ragu dengan kondisi permintaan yang lemah.

Rekrutmen masih tumbuh positif pada Mei 2023, karena dunia usaha ingin lebih banyak karyawan untuk merespons peningkatan produksi. Akan tetapi, laju penciptaan lapangan kerja masih lambat karena keyakinan dunia usaha tergerus. Secara umum, optimisme dunia usaha untuk horizon setahun ke depan melemah.

“Industri manufaktur Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang melambat pada pertengahan kuartal II-2023. Permintaan melambat karena permintaan domestik maupun internasional yang lebih lemah. Menjadi penting untuk terus memantau seberapa persisten penurunan ini.

“Mengkhawatirkan saat melihat kepercayaan dunia usaha melemah. Ini mencerminkan kecemasan terhadap outlook tahun depan,” sebut Jingyi Pan, Economics Associate Director di S&P Global, sebagaimana dikutip dari keterangan resmi.

Saat industri manufaktur melambat, maka perekonomian Indonesia secara umum akan terancam. Sebab, industri manufaktur adalah penyumbang utama pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha.

Pada 2022, industri pengolahan atau manufaktur menyumbang 18,34% dalam pembentukan PDB. Sektor ini tumbuh 4,89% tahun lalu.

Sumber: BPS

Waspada Inflasi

Data kedua adalah inflasi, yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) mulai pukul 11:00 WIB. Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini mengumumkan terjadi inflasi 0,09% pada Mei 2023 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Lebih rendah dibandingkan April 2023 yang sebesar 0,33% mtm sekaligus jadi yang terendah sejak Oktober 2022.

Sementara dibandingkan Mei 2022 (year-on-year/yoy), inflasi tercatat 4%. Juga melambat dibandingkan laju bulan sebelumnya yang 4,33% yoy sekaligus jadi yang terendah sejak Mei 2022.

Lalu inflasi inti pada Mei 2023 adalah 0,06% mtm. Lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang 0,25% dan menjadi yang terendah sejak Juli 2023.

Secara tahunan, inflasi inti pada Mei 2023 berada di 2,66%. Lebih rendah dibandingkan April 2023 yang 2,83% dan menjadi yang terendah sejak Maret 2022.

Sumber: BPS

Inflasi inti kerap kali menjadi ukuran untuk melihat perkembangan daya beli. Sebab, inflasi inti berisi barang dan jasa yang harganya persisten, tidak mudah naik-turun.

Ketika pertumbuhan harga yang 'bandel' ini sampai melambat, sering dilihat sebagai sinyal bahwa konsumen mengurangi belanja. Oleh karena itu, menjadi tanda adanya penurunan daya beli.

Daya beli, yang terkait erat dengan konsumsi rumah tangga, adalah komponen utama pembentukan PDB dari sisi pengeluaran. Pada 2022, konsumsi rumah tangga menyumbang 51,87% terhadap PDB dengan laju pertumbuhan 4,93%.

Sumber: BPS

Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Oleh karena itu, sepertinya sulit bagi Indonesia untuk mencetak pertumbuhan ekonomi setinggi tahun lalu, yang mencapai 5,31%. Bank Indonesia (BI) memang masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,5-5,3% untuk tahun ini. 

Namun dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Mei 2023, Gubernur Perry Warjiyo dan kolega tidak lagi menyertakan kalimat "bias ke atas". Ini menjadi sinyal bahwa optimisme MH Thamrin mulai mengendur.

“Investasi masih bagus, tetapi kalau kita pecah lagi, investasi bangunan masih rendah. Kami masih pantau apakah akan tetap rendah seperti kuartal I atau akan terjadi pembalikan khususnya di investasi bangunan, konstruksi, real estat,” terang Perry dalam konferensi pers usai RDG bulan lalu.

Berbagai lembaga pun tidak yakin Indonesia bisa mencatat pertumbuhan ekonomi setinggi tahun lalu. Perkiraan Bank Dunia ada di 4,9%, Dana Moneter Internasional (IMF) di 5%, dan Bank Pembangunan Asia (ADB) di 4,8%.

(aji)

No more pages