Logo Bloomberg Technoz

Kinerja Mei Buruk, Rupiah Berharap Energi dari Data Inflasi

Ruisa Khoiriyah
05 June 2023 08:43

Rupiah Tahun Emisi 2022 (Dok. Bank Indonesia)
Rupiah Tahun Emisi 2022 (Dok. Bank Indonesia)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah memasuki bulan terakhir kuartal dua tahun ini dengan catatan kinerja buruk selama Mei. Hari ini nilai tukar rupiah mungkin masih menghadapi tekanan lanjutan seiring banyaknya sentimen negatif yang bisa memberatkannya. Namun, secara teknikal nilai tukar rupiah berpeluang membalikkan tren menjadi menguat.

Sepanjang Mei, di pasar spot mata uang rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.831/US$ sehingga mengantarkan posisi penutupan akhir bulan lalu di bawah posisi rata-rata bulanan. Pairing USD/IDR bergerak di kisaran Rp14.831/US$ dengan level terkuat di posisi Rp14.592/US$ pada 4 Mei lalu dan posisi terlemah pada 31 Mei saat terlempar ke Rp15.008/US$. Alhasil selama Mei lalu, nilai tukar rupiah menghadapi dolar AS melemah 2,15% dan membuat posisi penguatan rupiah sepanjang 2023 tergerus tinggal 3,7%.

Nilai tukar rupiah hari ini menghadapi beberapa sentimen eksternal maupun internal yang mungkin membuat tekanan baru. Dari sisi eksternal, otot dolar AS tengah menguat menyusul semakin dekatnya pengumuman suku bunga acuan Federal Reserve. Pasar memperkirakan Fed akan mempertahankan bunga acuan di level saat ini seiring data dari pasar tenaga kerja Amerika yang memberi sinyal campur aduk.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah akan menghadapi sentimen internal yang negatif. S&P Global melaporkan, aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) di Indonesia ada di 50,3 pada Mei. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang 52,7.

PMI Indeks Indonesia itu masih di zona ekspansi, akan tetapi level tersebut menjadi yang terendah sejak November tahun lalu dan semakin mengonfirmasi tekanan perlambatan perekonomian domestik.