“Mayoritas adalah 777,” ujar Trump.
Dampak ke Indonesia
Lalu bagaimana dampak tarif baru dari AS ini terhadap perekonomian Tanah Air? Apakah merugikan atau malah menguntungkan Indonesia?
Mengutip kajian Bloomberg Economics karya Adam Farrar dan Rana Sajedi, tarif bea masuk produk Indonesia ke AS pada 2024 (sebelum Trump menggaungkan kebijakan tarif) memang rendah, kurang dari 5%. Saat ini, tarif efektif yang berlaku sudah naik ke hampir 15%.
“Dengan kesepakatan terbaru dengan tarif 19%, maka tarif efektif terhadap produk-produk Indonesia akan naik menjadi lebih dari 22%,” sebut riset itu.
Memang tarif tersebut jauh lebih rendah dari ‘ancaman’ awal. Namun bukan berarti tanpa risiko bagi Indonesia.
“Pembacaan awal kami mengindikasikan bahwa ekspor Indonesia ke AS bisa turun 25% dalam jangka menengah. Dampaknya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) adalah 0,3%,” ungkap riset Bloomberg Economics.
Di sisi perdagangan, AS memiliki peran yang cukup strategis bagi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor non-migas Indonesia ke Negeri Paman Sam sepanjang Januari-Mei adalah US$ 12,11 miliar.
Angka itu setara dengan 11,42% dari total ekspor non-migas Indonesia. AS menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua bagi Indonesia, hanya kalah dari China.
Memang AS bisa bebas menjual barang ke Indonesia, dengan tarif bea masuk 0%. Namun Bloomberg Economics berpandangan bahwa pasar Indonesia tidak signifikan buat AS.
“Seperti halnya Inggris dan Vietnam, AS dikabarkan mendapat tarif 0% bagi produk yang diekspor ke Indonesia. Ini memang menguntungkan eksportir AS, tetapi Indonesia adalah pasar yang kecil dan dampak terhadap neraca perdagangan AS sepertinya marjinal saja. Hanya 0,5% dari total nilai ekspor AS pada 2024 mengarah ke Indonesia,” jelas riset tersebut.
(aji)































