Logo Bloomberg Technoz

Baterai LFP Diyakini Bisa Percepat Adopsi EV, Nikel Kalah Saing?

Wike Dita Herlinda
12 July 2025 16:30

Sel baterai LFP berdaya tinggi dipamerkan di stan Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) di pameran Transportasi IAA./Bloomberg-Krisztian Bocsi
Sel baterai LFP berdaya tinggi dipamerkan di stan Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) di pameran Transportasi IAA./Bloomberg-Krisztian Bocsi

Bloomberg Technoz, Jakarta – Biaya produksi baterai lithium ferro phosphate (LFP) yang lebih rendah dari baterai nikel diyakini dapat mendongkrak adopsi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), khususnya di segmen pemula dan menengah.

Menurut laporan BMI, lengan riset Fitch Solutions dari Fitch Group, salah satu permasalahan lambatnya adopsi EV di pasar global selain China adalah keterjangkauan harga baterai.

Hanya China yang saat ini memimpin pemanfaatan baterai LFP untuk industri EV-nya. Penggunaan baterai LFP di China menguasai lebih dari 70% pangsa pasar bateri kendaraan listrik negara tersebut.

“Dengan memanfaatkan biaya litium yang lebih rendah dari nikel dan kobalt, produen China telah mampu menawarkan sejumlah EV entry-level yang sangat terjangkau seperti BYD Seagull yang dibanderol dengan harga sekitar CNY56.800 [sekitar US$7.800],” papar BMI, dikutip Sabtu (12/7/2025).

BMI menyebut 65% EV di China Daratan lebih terjangkau daripada mobil berbahan bakar fosil atau internal combustion engine (ICE). Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat (AS) dan Jerman tidak sampai 30% EV lebih terjangkau daripada ICE. 

Perbandingan adopsi EV di China, Eropa, dan AS./dok. BMI