Logo Bloomberg Technoz

Nasib MoU Usai Trump Berikan Tarif 32%

Haryo menggarisbawahi proses negosiasi perdagangan berlangsung seumur hidup atau terus berlangsung. Sehingga, segala kesepakatan atau penawaran baik secara pemerintah atau bisnis, sepantasnya tetap dijalankan bila menguntungkan. 

Namun, Haryo kembali menegaskan bahwa MoU hanya terjadi secara bisnis ke bisnis dan pemerintah hanya mendorong kesepakatan dilaksanakan sebelum pengumuman 9 Juli 2025.

"Jadi ini kembali lagi ke pihak bisnisnya. Kedua pihak menguntungkan ya tetap jalan, jadi pemerintah tidak akan masuk sampai sejauh itu," ujarnya.

Dalam sebuah kesempatan, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartato mengatakan Indonesia berencana untuk membeli produk dari AS dan melakukan investasi di Negeri Paman Sam senilai US$34 miliar (atau setara Rp550,29 triliun asumsi kurs saat ini). Sehingga, nilai itu melampaui defisit perdagangan dari AS terhadap Indonesia sebesar US$19 miliar. 

Namun, di saat yang sama, Airlangga juga tidak bisa memastikan apakah kesepakatan perdagangan negosiasi tarif bakal tercapai pada tanggal tersebut.

Pada 7 April 2025, terdapat beberapa MoU yang ditandatangani, yakni: MoU antara produsen gandum Indonesia dan US Wheat Associates; MoU Sorini Agro Asia Corporindo dan Cargill tentang pembelian jagung; Penyerahan surat dari Cotton Council International kepada Asosiasi Pertekstilan Indonesia; MoU FKS Group dan Zen-Noh Grain Corp tentang pembelian kedelai dan bungkil kedelai; MoU PT Kilang Pertamina Internasional dan ExxonMobil; MoU PT Kilang Pertamina Internasional dan KDT Global Resource; dan MoU antara PT Kilang Pertamina Internasional dan Chevron. 

Namun, Haryo belum bisa mengonfirmasi apakah MoU yang sudah ditandatangani tersebut tetap memiliki nilai mencapai US$34 miliar.

"Ini sedang mendata tetapi ada beberapa pihak dari AS yang tidak berkenan disampaikan nilainya karena ini belum final untuk mereka, MoU belum final untuk angka-angkanya," ujarnya.

(lav)

No more pages