Logo Bloomberg Technoz

Menimbang Untung & Buntung Ambisi Luhut Setop Ekspor LNG

Sultan Ibnu Affan
02 June 2023 13:25

Terminal LNG Uniper SE Wilhelmshaven (Sumber: Bloomberg)
Terminal LNG Uniper SE Wilhelmshaven (Sumber: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Rencana moratorium ekspor gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) berisiko menggoyahkan tidak hanya penerimaan negara, tetapi juga stabilitas nilai tukar rupiah. Akan tetapi, wacana tersebut juga dinilai dapat memperkuat daya saing industri domestik.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, dalam jangka panjang, anggaran untuk belanja migas nasional sudah sepatutnya direlokasikan ke pasok domestik alih-alih impor, seiring dengan kian tingginya kebutuhan nasional.

“Dengan demikian, kalau dari perspektif kepentingan nasional, larangan ekspor LNG sebenarnya positif. Hanya saja, mungkin nanti risiko fiskalnya yang perlu diantisipasi oleh pemerintah karena selama ini [ekspor LNG] kontribusinya lumayan besar ke fiskal maupun moneter dalam konteks [pendapatan] devisa,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (2/6/2023).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor LNG Indonesia cenderung fluktuatif dalam lima tahun terakhir. Pada 2018, nilainya mencapai US$10,4, turun menjadi US$8,3 miliar pada 2019, US$5,4 miliar pada 2020, sebelum naik menjadi US$7,5 miliar pada 2021 dan menembus US$9,82 pada tahun lalu.

Secara volume, ekspor LNG terus mengalami tren penurunan dari tahun ke tahun. Pada 2018 jumlahnya mencapai 23.72 juta ton, 2019 sebanyak 19,14 juta ton, 2020 sejumlah 18,28 juta ton, 2021 sebesar 17,16 juta ton, dan 2022 sebanyak 16 juta ton. 

Harga gas alam. (Sumber: Bloomberg)