Secara kumulatif dari Januari hingga Juni 2025, inflasi diperkirakan mencapai sekitar 1,27% (year-to-date/ytd). Dalam basis tahunan, laju inflasi Juni 2025 diperkirakan mencapai 1,77% (year-on-year/yoy), naik dari posisi Mei 2025 sebesar 1,6% (yoy).
Inflasi inti tahunan relatif stabil, diproyeksikan sebesar 2,42% (yoy), dibandingkan 2,4% (yoy) pada bulan sebelumnya. Menurut Josua, stabilnya inflasi inti ini didukung oleh membaiknya kondisi global, terutama meredanya ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran serta tercapainya kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Faktor ini membantu menjaga kestabilan harga emas dunia dan domestik serta memberikan ruang apresiasi ringan pada nilai tukar rupiah.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual memproyeksikan inflasi pada level 1,86% (yoy) dan 0,18% (mom). Sementara, inflasi inti diproyeksikan pada level 2,41% (yoy) dan 0,1% (mom).
David menilai inflasi didorong kembali oleh harga bahan pokok, ada kenaikan harga terutama pada beras dan bawang merah, sementara cabai turun dan sisanya stagnan.
"Inflasi inti dan administered price sebagian besar masih mirip seperti bulan lalu, tetapi untuk inflasi inti harga emas masih terakselerasi secara tahunan dan naik secara bulanan," ujar David.
Dari perspektif ke depan, Josua melanjutkan, inflasi diperkirakan akan tetap berada dalam kisaran target Bank Indonesia pada kisaran 1,5%–3,5% hingga akhir 2025.
Faktor pendukung stabilitas inflasi di antaranya meredanya dampak inflasi impor (imported inflation) seiring menurunnya risiko ketegangan perdagangan global yang sebelumnya dikhawatirkan mendorong depresiasi rupiah dan kenaikan harga barang impor.
Selain itu, kesepakatan perdagangan AS-China berhasil menurunkan risiko perang dagang, sehingga aliran modal asing masuk lebih optimal dan turut menjaga stabilitas nilai tukar. Selanjutnya, meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga turut membantu mengendalikan harga minyak dunia, yang sebelumnya sempat mengancam stabilitas inflasi domestik.
Dengan kondisi ini, Josua memperkirakan inflasi Indonesia hingga akhir 2025 akan berada di sekitar 2,33%, sedikit meningkat dari level akhir 2024 sebesar 1,57%.
"Dengan terkelolanya inflasi, apabila kondisi global terus membaik dan rupiah tetap stabil, maka ruang bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga acuan [BI rate] sebesar 25 basis poin pada sisa 2025 tetap terbuka, terutama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik yang cenderung melambat," ujar Josua.
(dov/del)





























