Bahkan di wilayah Jakarta, ACES membukukan SSSG negatif -4,0%, padahal tahun lalu Jakarta masih tumbuh 4,1%. Java dan luar pulau Jawa juga turut melemah, masing-masing mencatat -3,0% dan -0,5%.
Padahal, momentum Ramadan yang jatuh pada Maret sempat mengangkat angka SSSG hingga 8,8%. Namun, dampaknya langsung hilang di bulan berikutnya, mencerminkan lemahnya daya beli masyarakat dan ketergantungan ACES terhadap momen musiman.
Beban Rebranding
Perseroan mencatat kenaikan biaya operasional (opex) sebesar 23,4% secara tahunan pada kuartal I/2025, yang menyebabkan rasio opex terhadap penjualan melonjak ke 42,41%.
Kenaikan ini didorong oleh pembayaran tunjangan hari raya (THR) dan peningkatan belanja promosi dalam rangka inisiatif rebranding AZKO, nama baru untuk toko-toko eks-Ace Hardware.
Biaya gaji meningkat signifikan menjadi 21,4% dari penjualan (naik dari 16,6% di periode sama tahun lalu), dan anggaran promosi atau A&P run-rate naik menjadi 2,0%, dibandingkan 1,0% tahun lalu.
Meski promosi ini ditujukan untuk memperkuat identitas merek baru, tekanan terhadap margin menjadi tidak terhindarkan: gross margin turun ke 48,0% (dari 49,4% di kuartal sebelumnya), dan EBIT margin tergerus ke hanya 5,6%, jauh dari 11,9% pada kuartal I/2024.
ACES terus mempercepat ekspansi ke luar Jawa. Kontribusi penjualan dari wilayah di luar Jawa meningkat dari 36% pada kuartal I/2024 menjadi 39% di kuartal I/2025. Perusahaan juga merencanakan pembukaan 25–30 toko baru sepanjang tahun, sebagian besar di kota-kota sekunder dan tersier.
Namun, perluasan ini belum mampu mengimbangi tekanan dari penurunan belanja di wilayah-wilayah utama. Riset dari Samuel Sekuritas menyebutkan bahwa strategi ekspansi ini memang menjanjikan efisiensi sewa dan ticket size yang lebih tinggi, namun efeknya terhadap profitabilitas jangka pendek masih minim.
Revisi Target, Valuasi Menarik Tapi Risiko Tinggi
Seiring dengan pelemahan penjualan dan margin, dua sekuritas besar kompak menurunkan proyeksi kinerja ACES untuk 2025. Buana Capital menurunkan proyeksi laba bersih 2025 sebesar 8%, dan menyesuaikan target harga dari Rp1.100 menjadi Rp885.
Sementara itu, Samuel Sekuritas memangkas estimasi laba bersih lebih tajam, yakni 26,1%, dengan target harga baru sebesar Rp680 dari sebelumnya Rp960.
Meski demikian, keduanya masih mempertahankan rekomendasi "BUY" karena valuasi ACES saat ini dinilai cukup menarik. Samuel menyebut valuasi ACES saat ini hanya 14,4x dari estimasi PE FY25, di bawah rata-rata historis 17–20x.
Namun, risiko yang dihadapi tetap tinggi. Lemahnya daya beli, perubahan perilaku konsumen, dan rendahnya produktivitas toko menjadi tantangan yang belum berhasil dijawab pasca berpisah dari Ace Hardware.
Tanpa brand waralaba global dan di tengah proses transformasi yang menyita biaya besar, ACES kini menghadapi jalan terjal untuk memulihkan kinerja ke tingkat historisnya.
(dhf)