“Apakah nanti manajemen mengusulkan untuk ada rights issue, penambahan saham? Atau nanti manajemen mengusulkan possibility untuk kita lakukan konversi dari SHL menjadi ekuitas? Ya, tentu ada konsekuensinya secara pemegang saham publik. Ini tentu akan diajukan oleh manajemen melalui RUPS,” jelas Dony.
Saat ini, porsi saham publik di Garuda tercatat sekitar 27%. Berdasarkan data RTI Business per 31 Mei 2025, Danantara menggenggam saham GIAA melalui PT Biro Klasifikasi Indonesia sebesar 54,53% atau sekitar 59,03 miliar saham. Kemudian sekitar 7,99% atau sebanyak 7,31 miliar saham dimiliki oleh PT Trans Airways yang terafiliasi Chairul Tanjung. Sementara saham yang tersebar di publik sekitar 27%.
Dony menegaskan, keputusan apapun yang berdampak terhadap struktur kepemilikan akan dibahas dan disetujui lewat mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham.Meski proses restrukturisasi ini belum final, Danantara menyatakan optimisme tinggi terhadap masa depan Garuda.
Adapun pada pemberitaan Bloomberg Technoz sebelumnya Danantara akan mengucurkan dana segar hingga US$1 miliar atau setara Rp16,37 triliun (kurs jisdor Rp16.370) ke GIAA.
Sebagai langkah awal, Danantara akan menyalurkan pinjaman pemegang saham senilai Rp6,65 triliun atau setara US$405 juta, yang dialokasikan untuk mendanai kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan armada (maintenance, repair and overhaul/MRO).
Fase awal kolaborasi difokuskan pada peningkatan kesiapan operasional armada di bawah Garuda Indonesia Group, baik Garuda Indonesia sebagai maskapai layanan penuh (full service carrier/FSC), maupun Citilink sebagai maskapai berbiaya rendah (low cost carrier/LCC). Rinciannya sebanyak US$294 juta atau setara Rp4,85 triliun akan diberikan kepada Citilink Indonesia dan sisanya sebesar US$111 juta atau setara Rp1,83 triliun akan dialokasikan untuk GIAA.
(dhf)