Pesawat B-2 milik AS menjatuhkan selusin bom penghancur bunker yang masing-masing sebesar 13,6 ton di Forlow, fasilitas pengayaan uranium di tersembunyi di pegunungan. Fasilitas lain di Natanz dan Isfahan juga menjadi target serangan.
Evgenia Molotova, Senior Investment Manager di Pictet Asset Management, menilai pasar akan melihat konflik ini bisa diredam, tidak meluas ke mana-mana.
“Namun itu akan tergantung dari bagaimana perkembangan selanjutnya, karena bisa saja ada perubahan dari jam ke jam. Satu-satunya hal yang bisa berdampak serius adalah jika Selat Hormuz ditutup dan menghambat akses pengiriman minyak,” tegas Molotova, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Akhir pekan lalu, harga minyak jenis Brent ditutup di level US$ 74/barel. Dalam sebulan terakhir, harga sudah meroket lebih dari 20% karena ketegangan di Timur Tengah.
“Memang akan tergantung dari bagaimana respons Iran dalam beberapa jam dan hari ke depan. Akan tetapi, peristiwa ini bisa membawa harga minyak ke arah US$ 100/barel jika Iran merespons sesuai dengan ancaman mereka,” kata Saul Kavonic, Analis Energi di MST Marquee, dilansir Bloomberg News.
Saat harga minyak bumi makin mahal, maka insentif untuk beralih ke CPO akan meningkat. Ini karena CPO adalah salah satu bahan baku pembuat bahan bakar nabati alias biofuel. Jadi, kenaikan harga minyak bumi akan ikut mengerek harga CPO.
Analisis Teknikal
Bagaimana proyeksi harga CPO untuk pekan ini? Berapa saja target yang perlu dicermati pelaku pasar?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), CPO sedang berada di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 48.
RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish. Namun RSI CPO tidak jauh dari 50, sehingga bisa dibilang cenderung netral.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 35. Menghuni area jual (short) yang kuat.
Oleh karena itu, sepertinya harga CPO bakal turun minggu ini. Maklum, harga sudah naik cukup tinggi, sudah naik enam minggu beruntun.
Target support terdekat ada di MYR 3.938/ton yang menjadi Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di MYR 3.923/ton bisa menjadi target selanjutnya. Rasanya sentimen ketegangan di Timur Tengah bisa menahan harga CPO agar tidak jatuh terlampau dalam.
Adapun target resisten terdekat adalah MYR 4.204/ton. Penembusan di titik ini bisa mengantar harga CPO menuju MYR 4.351/ton.
(aji)































