Pernyataan dari kedua pemimpin itu menegaskan betapa jauhnya jarak antara posisi Rusia dan Ukraina dalam upaya perundingan damai yang baru dimulai kembali setelah sempat terhenti sejak awal perang. Ketegangan ini juga meningkat setelah serangkaian serangan terhadap target di Rusia dalam beberapa hari terakhir yang menjadi pukulan memalukan bagi Kremlin.
Akhir pekan lalu, sebuah jembatan di wilayah Bryansk, dekat perbatasan Ukraina, runtuh dan menghantam kereta penumpang yang sedang menuju Moskow. Insiden itu menewaskan tujuh orang dan melukai puluhan lainnya. Beberapa jam kemudian, kejadian serupa terjadi di wilayah Kursk, meski tidak ada korban jiwa.
Ketua Komite Investigasi Rusia, Alexander Bastrykin, dalam rapat bersama Putin mengatakan bahwa ledakan jembatan tersebut diatur oleh dinas khusus Ukraina. Namun, pihak Kyiv belum mengklaim tanggung jawab atas insiden tersebut.
Putin juga menyebut Dewan Keamanan Rusia akan membahas situasi perang di Ukraina dalam pertemuan mendatang. Ia tidak menyinggung soal serangan Ukraina sebelumnya terhadap lapangan udara strategis di Siberia timur menggunakan drone yang disembunyikan di dalam truk, yang berhasil menghancurkan beberapa pesawat pengebom.
Pada hari Selasa, Ukraina juga mengklaim telah menyerang jembatan yang menghubungkan daratan Rusia dengan Semenanjung Crimea — wilayah yang dicaplok secara ilegal oleh Moskow sejak 2014 — menggunakan bahan peledak. Serangan ini menyebabkan penutupan sementara jalan raya di wilayah tersebut sebanyak dua kali.
Putin tetap bersikeras menolak tuntutan Ukraina untuk menghentikan pertempuran.
“Kenapa kita harus memberi mereka hadiah berupa jeda permusuhan, yang akan mereka gunakan untuk mempersenjatai rezimnya dengan senjata dari Barat, melanjutkan mobilisasi paksa, dan menyiapkan serangan teroris lainnya?” ujar Putin.
Zelenskiy menyebut pertukaran tahanan antara Ukraina dan Rusia yang melibatkan sekitar 500 orang kemungkinan akan terjadi pada akhir pekan ini. Ia mengatakan bahwa keinginan Rusia untuk menghindari sanksi tambahan dari negara-negara Barat menjadi salah satu motifnya.
“Pertukaran tahanan masih terus berlangsung dan harus dilanjutkan, tetapi pihak Rusia belum siap untuk gencatan senjata; setidaknya delegasi mereka belum siap menyelesaikan masalah ini dan mereka mengatakan bahwa hal ini adalah urusan para pemimpin,” kata Presiden Ukraina.
Zelenskiy mengusulkan gencatan senjata hingga pertemuan tingkat pemimpin dapat dilakukan di lokasi yang dipilih Rusia, dengan menyebut Istanbul, Vatikan, atau Swiss sebagai opsi.
Sementara itu, di Washington, Kepala Staf Presiden Ukraina, Andriy Yermak, bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan membahas perundingan Istanbul serta arah negosiasi ke depan.
“Saya menegaskan bahwa Ukraina telah melakukan segalanya demi tercapainya perdamaian dan siap untuk gencatan senjata — namun Rusia menolak,” tulis Yermak di platform X. “Karena itulah sanksi tambahan diperlukan.”
(bbn)
































