Logo Bloomberg Technoz

Ekonom Proyeksi Neraca Dagang Defisit Q3-2025, Ini Dampak ke APBN

Dovana Hasiana
03 June 2025 13:50

Neraca dagang Korsel mencetak rekor defisit akibat kinerja ekspor yang buruk seiring perlambatan ekonomi dunia (Bloomberg)
Neraca dagang Korsel mencetak rekor defisit akibat kinerja ekspor yang buruk seiring perlambatan ekonomi dunia (Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi neraca perdagangan Indonesia berisiko menuju defisit bulanan pada semester II-2025 dan berdampak pada penerimaan negara.

Bila proyeksi defisit neraca perdagangan terjadi, kata Josua, maka dampaknya terhadap penerimaan negara akan cukup signifikan, terutama dalam tiga hal. Pertama, penurunan penerimaan pajak ekspor (bea keluar dan PPh ekspor). Kedua, tekanan pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor sumber daya alam. Ketiga, potensi pelemahan nilai tukar yang meningkatkan beban utang luar negeri.

"Sektor penerimaan seperti minyak dan gas, mineral dan batu bara, dan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil [CPO] yang dominan dalam ekspor berisiko menghasilkan PNBP lebih rendah dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara [APBN] 2025, apalagi jika harga minyak global terus turun ke kisaran US$64/barel seperti proyeksi Bank Dunia," ujar Josua kepada Bloomberg Technoz, Selasa (3/6/2025).


Pemerintah menargetkan pendapatan negara Rp3.005,1 triliun dalam APBN 2025. Hal ini terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp2.490,9 triliun; PNBP sebesar Rp513,6 triliun; dan hibah Rp0,6 triliun.

Josua menjelaskan dampak tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump - terutama terhadap sektor industri dan bahan baku strategis seperti mineral, logam dasar, dan komoditas energi - terlihat dari dua sisi.