“Misal kepada 10 orang beasiswa melalui program konektivitas ini,”.
“Program ini memberikan kekuatan kelembagaan kepada program-program pascasarjana di Indonesia karena menurutku di konektivitas ini adalah program keunggulan sebagai talenta muda,”.
Selain itu, skema PMDSU ini juga memperkenalkan dua skema yaitu PMDSU regular dan PMDSU Joint Degree yang dirancang untuk berkolaborasi internasional.
“Jadi ketika misalnya mengirim mahasiswa secara penuh di luar negeri tidak akan membuatkan skema joint degree bersama dengan program-program lain, misalnya kalau programnya 4 tahun, 2 tahun, atau 3 tahun di Indonesia, nah 1 tahun di luar negeri, jadi tetap ada kesempatan mengekspos ke luar negeri ,”
“Nah dengan ini tentu saja pendidikan akan lebih murah tetapi kemudian bisa membuat akses lebih luas pada peserta-peserta lain,”.
Kronologi BPI Diputus oleh Kemendiktisaintek
Pada awalnya, United States Agency for International Development, USAID menjadi mitra Kemdiktisaintek untuk persiapan sejak Oktober 2024, tetapi karena kebijakan politik Amerika Serikat (AS), USAID menghentikan programnya di tengah jalan pada Januari 2025.
Tidak menyerah, peserta terus melanjutkan proses persiapan mandiri sampai mendapatkan sertifikat bahasa yang mencukupi serta surat penerimaan dari universitas di luar negeri (LoA).
Pertemuan Zoom dengan pihak pengelola beasiswa, yaitu Kepala BPPT, Anton Rahmadi, Ph.D. dan Kepala Bidang PPAPT Septien Prima Diassari pada 12 Februari 2025 meyakinkan peserta bahwa hak beasiswa tidak hangus dan tetap diberikan sebagaimana halnya awardee BPI Pathway Luar Negeri Tahap 1 yang sukses berangkat ke berbagai perguruan tinggi di AS, Australia, dan Selandia Baru sebanyak 26 orang.
Kemudian, pada tanggal 19 Mei 2025, para peserta bersama perwakilan Kemendikti bertemu secara online. Melalui Dr. Henri Togar Hasiholan Tambunan, S.E., M.A. selaku Kepala Pusat Pembiayaan dan Asesmen Pendidikan Tinggi (PPAPT) Kemdiktisaintek menyampaikan kabar buruk bahwa beasiswa tidak lagi tersedia.
“Sungguh tragis, alih alih memenuhi janji sebagaimana yang disampaikan sejak launching program dan tertuang di Buku Panduan BPI 2024, beliau justru mengarahkan awardee untuk mendaftar beasiswa lain, dimana target beasiswa tersebut adalah studi di dalam negeri. Pihak PPAPT sama sekali tidak mempertimbangkan waktu, tenaga, serta biaya yang telah dihabiskan oleh awardee setahun terakhir ini,”dalam surat rilis dari perwakilan peserta BPI.
(dec/spt)