“Pasarnya ini belum terserap sepenuhnya dan kadang-kadang ya itu harganya untuk memproduksi dari hilirisasi [batu bara] tersebut jauh lebih tinggi,” ucapnya.
Di sisi lain, Gita menampik tudingan bahwa perusahaan batu bara tidak mau melakukan hilirisasi batu bara. Akan tetapi, saat ini proyek untuk menghasilkan nilai tambah tersebut masih dalam tahap riset hingga studi kelayakan.
“Hilirisasi bukan tidak mau dilakukan, karena pada saat ini memang studi-studi maupun tahap FS [feasible study] masih dilakukan,” imbuhnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan tengah mempertimbangkan untuk mewajibkan program DME kepada PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Akan tetapi, proyek tersebut menghadapi banyak kendala. Di hadapan anggota legislatif, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menyatakan proyek DME masih terkendala sehingga butuh kajian yang mendalam. Arsal menyebut faktor keekonomian menjadi penghambat utama dari proyek itu.
“Nah hanya untuk DME memang kita perlu dilakukan kajian yang sangat mendalam ya karena di samping investasinya besar, ya itu juga harus benar-benar memberikan nilai tambah buat bangsa dan negara ini,” ucap Arsal.
DME sejatinya digadang-gadang dapat menjadi substitusi LPG, karena impor komoditas tersebut yang terus naik dari tahun ke tahun.
Akan tetapi, proyek itu justru lebih mahal ketimbang impor LPG.
"Pertama itu tantangan keekonomian, di mana estimasi harga DME hasil produksinya masih lebih tinggi dari harga patokan yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM, dan juga analisis perhitungan kami masih lebih tinggi dari harga LPG impor," beber Arsal.
Di samping tantangan keekonomian, PTBA juga harus mengonversikan infrastruktur, seperti jalur distribusi maupun perangkat kompor rumah tangga supaya bisa kompatibel dengan produk DME.
"Jaraknya itu kurang lebih 172 kilometer, serta perlu kesiapan jaringan niaga dan distribusi bahan bakar alternatif ini secara luas," tambah dia.
Arsal menegaskan, pihaknya secara aktif melakukan penjajakan dengan calon mitra potensial, terutama perusahaan dari China seperti China National Chemical Engineering Group Corporation (CNCEC), China Chemical Engineering Second Construction Corporation (CCESCC), Huayi, Wanhua, Baotailong, Shuangyashan, dan East China Engineering Science and Technology Co Ltd (ECEC).
"Dari seluruh calon mitra tersebut, baru ECEC gitu ya yang menyatakan minat menjadi mitra investor meski belum dari dalam skema investasi penuh atau full investment," jelasnya.
ECEC sendiri telah menyampaikan preliminary proposal coal to DME pada 18 November 2024 dengan processing service fee (PSF) indikatif yang diusulkan berada di rentang US$412—US$488 per ton.
Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan ekspektasi Kementerian ESDM pada 2021 senilai US$310 per ton.
Berikut progres hilirisasi batu bara dari 7 perusahaan pemegang IUPK:
PT Arutmin Indonesia
- Produk hilirisasi : Metanol dan Amonia
- Kapasitas input batu bara : 6 juta ton/tahun (dari Blok Sarongga)
- Rencana investasi : US$2,7 miliar
- Kapasitas output produk : 2,95 juta ton/tahun
PT Kaltim Prima Coal
- Produk hilirisasi : Metanol
- Kapasitas input batu bara : 6,5 juta ton/tahun
- Rencana investasi : US$2,17 miliar
- Kapasitas output produk : 1,8 juta ton/tahun
PT Adaro Indonesia
- Produk hilirisasi : Metanol dan DME
- Kapasitas input batu bara : 6,75 juta ton/tahun (dari Pit Wara-1 dan Pit Wara-2)
- Rencana investasi : Metanol (US$2,61 miliar) atau DME (US$2,83 miliar)
- Kapasitas output produk : Metanol (2 juta ton/tahun) atau DME (1,34 juta ton/tahun)
PT Kideco Jaya Agung
- Produk hilirisasi :
- Tahap Komersial I : Listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas / PLTMG)
- Tahap Komersial II : Ammonia - Urea
- Kapasitas input batu bara :
- PLTMG : 56.835 ton/tahun
- Ammonia - Urea : 566.062 ton/tahun
- Rencana investasi :
- PLTMG : US$11,17 juta
- Ammonia - Urea : US$244,23 juta
- Kapasitas output produk :
- PLTMG : 6 MW
- Rencana Ammonia : 100.000 ton/tahun atau Urea : 172.000 ton/tahun
PT Multi Harapan Utama
- Produk hilirisasi : Semikokas
- Kapasitas input batu bara : 1 juta ton/tahun (dari Pit Belumpur dan Pit South Sentuk, Blok Gitan)
- Rencana investasi : US$81,3 juta
- Kapasitas output produk :
- Produk utama: Semikokas (552.000 ton/tahun)
- Produk samping: Coal Tar (100.000 ton/tahun) dan COG (200.000 MWh/tahun)
PT Tanito Harum
- Produk hilirisasi : Semikokas
- Kapasitas input batu bara : 300.000 ton/tahun (dari Blok Sukodadi, Pondok Labu, dan Central Busang)
- Rencana investasi : US$42,23 juta
- Kapasitas output produk : Semikokas (150.000 ton/tahun)
PT Berau Coal
- Produk hilirisasi : Metanol
- Kapasitas input batu bara : 3,49 juta ton/tahun dari Blok Binungan 10
- Rencana investasi : USD$774,80 juta
- Kapasitas output produk : 940.000 ton/tahun
(mfd/wdh)






























