Sementara itu, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) ditaksir menyerap 6.850 pekerja, PLTS atap 2.429 pekerja, pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) 1.481 pekerja, dan pembangkit ilstrik tenaga arus laut (PLTAL) 341 pekerja.
Secara kumulatif, pemerintah menargetkan serapan tenaga kerja di industri kelistrikan nasional dalam RUPTL 2025—2034 mencapai 1,7 juta pekerja.
Sebanyak 836.696 pekerja di antaranya mencakup serapan untuk kebutuhan segmen industri manufaktur/fabrikasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan untuk pembangkit.
Adapun, 881.132 serapan pekerja lainnya mencakup serapan untuk kebutuhan industri manufaktur, konstruksi, operasi dan pemeliharaan untuk transmisi, dan gardu induk serta distribusi.
Sekadar catatan, di dalam RUPTL, pemerintah merancang penambahan pembangkit listrik 2025—2034 naik menjadi 69,5 gigawatt (GW) dengan komposisi pembangkit EBT 42,6 GW dan penyimpanan energi 10,3 GW.
Penambahan pembangkit tersebut ditargetkan sebanyak 42,6 GW (61%) dari EBT, 16,6 GW (24%) dari energi fosil, dan 10,3 GW (15%) dari segmen penyimpanan atau storage.
(wdh/naw)

































