Abner (40 tahun) asal Bekasi, mitra ojol yang juga ditemui beralasan, keputusannya tetap mengaktifkan layanan didorong oleh kewajiban mengantar dan menjemput anak sekolah.
“Kalau saya ikut demo, nanti anak-anak saya nggak ada yang jemput sekolah,” jelas Abner yang sudah menjadi mitra ojol sejak tahun 2017.
Kebutuhan atas uang cukup menjadikan alasan lain untuk Abner. “Salah satunya. Iya, paling kalau ada penumpang ya narik ke arah-arah yang [Jakarta] Pusat atau arah Bekasi.”
Gimana Nasib Bisnis Ride Hailing di Tengah Isu Grab Caplok Gojek
Mitra asal Jakarta, Ahmad (35 tahun) justru mempertanyakan aspirasi apa yang hendak diperjuangkan pada aksi demo Selasa siang tersebut.
“Saya nggak pernah ikut kalau ada demo, saya juga nggak tahu ini demonya, demo apa. Ada yang bilang demo gara-gara merger [Gojek-Grab dikabarkan finalisasi rencana penggabungan], ada yang bilang karena potongan,” ucap Ahmad.
“Kalau potongan, kan sebelumnya juga sudah didemo terus, cuma enggak ada peran pemerintah aja mengatur regulasi. Itu aja sih pandangan saya, karena toh mereka juga nggak tahu persoalan dapur kita gimana,” yang sudah lebih dari enam tahun berprofesi sebagai ojol.
Sejak ramai dikabarkan bakal menggelar aksi besar di Istana Negara hingga kantor Kemenhub, media sosial X muncul tagar #OjolTetapNarik. Unggahannya berpola menyampaikan argumen bahwa ojol tetap bisa memilih bekerja seperti biasa dan demonstrasi bukan kewajiban.
Di tempat terpisah Koalisi Ojol Nasional (KON) menegaskan tidak ikut serta dalam serangkaian demo besar-besaran. Dalam keterangan resminya, KON menyatakan aksi pada selasa siang disinyalir banyak disusupi pihak non komunitas ojol.
Pendemo menyampaikan bahwa pilihan tetap onbid adalah hal, dimana Ketua Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) Lily Ludjiati juga menyadari “Kan kebutuhan berbeda-beda, ada yang buat susu anak, dan lain sebagainya.”
(wep)