Lalu, belum lama ini, MSCI juga mempertimbangkan perubahan metode rebalancing konstituen, yang menyatakan bahwa saham Indonesia dalam 12 bulan terakhir, yang tercatat sebagai UMA dan masuk dalam papan pemantauan FCA Kriteria 10, tidak akan dipertimbangkan masuk ke dalam indeks.

BEI sejatinya sempat menyurati MSCI terkait pertimbangan MSCI tersebut. Dalam surat yang dikirimkan bulan lalu itu ditegaskan, UMA bukan merupakan bentuk hukuman atau penalti kepada perusahaan tercatat.

FCA Kriteria 10 dibuat untuk meredam volatilitas harga saham. Sehingga, ini bukan berarti ada masalah fundamental dari emiten yang bersangkutan.

"Meredam volatilitas hanya tujuh hari, tapi diperhitungkan untuk periode 12 bulan. Menurut kami, ini tidak pas time horizon -nya, meski kami juga menghormati independensi dan kewenangan seluruh indeks provider," jelas Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik.

Namun menurut Budi, respons BEI itu kurang tepat. 

"BEI seharusnya mengevaluasi segala kebijakannya, bukan mereka [MSCI] yang harus memahami aturan-aturan BEI," kata Budi.

"Kriteria apa pun yang mereka [MSCI] terapkan adalah urusan mereka. BEI harus transparan, objektif dan tidak merugikan investor."

(dhf)