Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kalangan ekonom memproyeksi neraca perdagangan Indonesia akan kembali mencatatkan surplus pada April 2025, meskipun nilainya lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya. 

Kepala Ekonom Bank Pertama Josua Pardede memproyeksikan surplus perdagangan Indonesia diperkirakan akan menyusut pada April 2025, dipengaruhi oleh liburan Idulfitri.

“Neraca perdagangan diperkirakan tetap surplus, meskipun mengalami perlambatan dari US$4,33 miliar pada Maret 2025 menjadi US$3,10 miliar pada April 2025,” ujar Josua kepada Bloomberg Technoz, dikutip Kamis (15/5/2025). 

Penurunan ini terutama disebabkan oleh perlambatan laju ekspor dan impor bulanan akibat faktor musiman pada periode libur Idulfitri yang panjang. Namun, penurunan impor diperkirakan tidak akan sebesar ekspor, mencerminkan aktivitas impor yang dimajukan sebelum penerapan tarif balasan Amerika Serikat (AS).

Ekspor bulanan diperkirakan akan mengalami kontraksi, sejalan dengan tren musiman historis selama periode Idulfitri. Ekspor Indonesia diperkirakan akan turun sebesar 9,22% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada April 2025, meskipun masih mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 7,6% (year-on-year/yoy).

Aktivitas ekspor biasanya melambat selama liburan Idulfitri, yang tahun ini jatuh pada minggu pertama April 2025. Selain itu, harga komoditas utama seperti minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan batu bara yang lebih lemah diperkirakan akan berkontribusi pada penurunan bulanan.

Impor bulanan juga diperkirakan akan menurun, meskipun tidak setajam ekspor. Impor Indonesia diperkirakan akan turun sebesar 4,83% (mtm) pada April 2025, meskipun masih mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 6,57% (yoy).

“Aktivitas impor biasanya melambat selama periode libur Idulfitri yang panjang. Penurunan ini didukung oleh harga minyak yang lebih lemah dan depresiasi rupiah yang signifikan di tengah ketidakpastian global yang meningkat pada April 2025,” ujarnya. 

Namun, kontraksi bulanan impor diperkirakan lebih kecil dibandingkan ekspor, didorong oleh aktivitas impor yang dimajukan akibat tarif resiprokal AS. Secara cukup signifikan, ekspor China ke Indonesia pada April 2025 menunjukkan peningkatan.

Josua mengamini sentimen perang dagang telah mereda secara signifikan setelah dimulainya gencatan senjata perdagangan antara AS dan China. Pemerintah AS dan China telah sepakat untuk mengurangi tarif secara signifikan, dari 145% menjadi 30% dan dari 125% menjadi 10%, masing-masing untuk periode 90 hari mulai 12 Mei 2025. Perkembangan ini menjadi katalis positif bagi prospek ekonomi global dan, akibatnya, permintaan global.

Meskipun ketegangan mereda, tekanan eksternal terhadap Indonesia tetap berlanjut, karena tarif AS terhadap barang-barang China, meskipun diturunkan menjadi 30%, tetap di atas level sebelum perang dagang 2.0.

Hal ini terus memberikan tekanan moderat pada pertumbuhan global, sehingga melemahkan kinerja ekspor Indonesia dalam beberapa hal, terutama di tengah normalisasi harga komoditas dan pertumbuhan China yang lebih lambat dalam jangka panjang. Namun, permintaan domestik yang lesu diperkirakan akan membatasi impor, membantu mempertahankan posisi ekspor bersih yang tangguh.

Di sisi lain, Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalia Situmorang memproyeksikan neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus pada April 2025, sebesar US$3,85 miliar.

Kinerja ini ditopang oleh beberapa faktor utama, yakni musim Idulfitri menyebabkan normalisasi impor setelah lonjakan permintaan barang dan jasa jelang Ramadan di bulan sebelumnya. 

Selain itu, harga komoditas utama seperti CPO dan emas meningkat, mendorong nilai ekspor secara signifikan. Pelemahan nilai tukar rupiah turut membuat ekspor lebih kompetitif meski menjadi tantangan bagi impor barang konsumsi.

“Ekspor diperkirakan tumbuh 10,4% [yoy], sementara impor naik 5,4% [yoy], mencerminkan permintaan domestik yang masih terjaga,” ujar Hosianna.

Konsensus Bloomberg menghasilkan median proyeksi untuk neraca perdagangan April surplus US$2,73 miliar. Jika terwujud, maka lebih rendah dari posisi Maret yang surplus US$ 4,33 miliar.

Akan tetapi, surplus perdagangan pada April akan membuat neraca perdagangan Indonesia selalu positif selama 60 bulan beruntun. Artinya, surplus neraca perdagangan tidak putus dalam 5 tahun terakhir.

(lav)

No more pages