Bloomberg Technoz, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menilai tim delegasi Indonesia yang berangkat ke Amerika Serikat (AS) untuk melakukan negosiasi tarif resiprokal harus mengetahui posisi dengan baik.
Menurut dia, tim delegasi Indonesia harus menempati posisi waspada tetapi santai. Sebagai gambaran, Purbaya mengatakan, tim delegasi tersebut harus waspada dengan kemungkinan pengurangan tarif terhadap Vietnam yang saat ini dikenakan tarif 46%.
"Kirim delegasi memang harus. Jangan-jangan nanti Vietnam dapat [tarif] 0%. Kita jaga-jaga, jangan sampai itu terjadi atau jangan sampai ketinggalan kalau itu terjadi," ujar Purbaya dalam wawancara bersama Bloomberg Technoz, dikutip Rabu (14/5/2025).
Di sisi lain, Indonesia harus bersikap santai dan tidak terlalu menuntut. Bila Vietnam memang tidak mendapatkan pengurangan tarif resiprokal, maka Indonesia harus bersikap santai.
Dalam kaitan itu, Purbaya mengamini bahwa tarif perdagangan oleh AS Donald Trump ke banyak negara dapat menguntungkan Indonesia dalam perdagangan internasional.
Purbaya melandasi argumentasinya karena tarif 32% yang dikenakan terhadap Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan tarif 46% terhadap Vietnam, yang selalu dianggap sebagai pesaing Tanah Air.
Dengan demikian, perbedaan tarif tersebut memberikan keunggulan komparatif karena Indonesia menjadi lebih kompetitif sebesar 14% dibandingkan dengan Vietnam.
"Pesaingnya siapa aja? China, Kamboja, Bangladesh, Thailand, Vietnam. Ya kita lihat, relatif seperti apa? Tarif yang dikenakan, kita paling rendah. Kalau musuh kita selama ini, Vietnam 46%, kita 32%. Kita untung 14%," ujar Purbaya.
Sekadar catatan, AS kembali menambah tarif impor barang-barang dari China hingga 245%. Sementara, tarif kepada Kamboja adalah 49%; Bangladesh 37%; serta Thailand 36%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat yang paling tinggi dalam 5 tahun terakhir adalah pada 2022, yakni US$28,18 miliar.
Posisi kedua nilai ekspor nonmigas ke AS yang tertinggi adalah pada 2024 yakni sebesar US$26,31 miliar. Selanjutnya, posisi ketiga adalah pada 2021 sebesar US$25,79 miliar.
Dari sisi komoditas, mesin dan perlengkapan elektrik, pakaian dan aksesorinya (rajutan) serta alas kaki merupakan komoditas unggulan.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Deni Surjantoro mengatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan berangkat dan bergabung dengan rombongan delegasi Indonesia ke AS pada akhir minggu ini.
“Akhir minggu ini berangkat,” ujar Deni kepada Bloomberg Technoz.
Sejumlah menteri bidang ekonomi hingga Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dijadwalkan berangkat ke Washington DC, AS pada 16 hingga 23 April 2025. Kunjungan dilakukan untuk melakukan negosiasi lanjutan terkait kebijakan tarif perdagangan yang dikenakan Presiden AS Donald Trump kepada Indonesia.
Sejumlah menteri yang akan berangkat dan melakukan negosiasi dengan pemerintah AS antara lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono. Selain itu, akan hadir pula Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar.
"Kami akan bertemu dengan USTR [US Trade Representative], dengan Sekretaris Komersial, dengan Menteri Sekretaris State dan juga Sekretaris Perdagangan. Nah hari ini Pak Menlu juga akan berangkat ke Washington DC, kemudian besok saya dan Ibu Mari akan berangkat," kata Airlangga dalam Konferensi Pers hasil rapat koordinasi teknis terbatas di kantornya, yang dikutip dari siaran kompas, Senin (14/4/2025)
Airlangga menyebut pemerintah telah mempersiapkan dokumen non-paper yang komprehensif, mencakup isu tarif, hambatan non-tarif (non-trade measures), investasi, hingga kerja sama ekonomi di luar sektor perdagangan.
Simak wawancara lengkap bersama Purbaya Yudhi Sadewa hanya di Special Interview Bloomberg Technoz.
(lav)