Bloomberg Technoz, Jakarta - Analis Fixed Income & Macro Strategist PT Mega Capital Indonesia Lionel Priyadi mengatakan saat ini pandangan investor asing terhadap Indonesia masih dipenuhi keraguan, terutama terkait manajemen fiskal akibat penghasilan pajak yang turun tajam.
Oleh sebab itu, kekuatan rupiah usai kesepakatan antara Amerika Serikat dan China untuk menurunkan tarif selama 90 hari ke depan masih akan bergantung pada intervensi Bank Indonesia saat pasar dibuka pada Rabu (14/5/2024).
“Saat ini, pandangan investor asing terhadap Indonesia masih dipenuhi keraguan terutama terkait manajemen fiskal kita akibat penghasilan pajak yang turun tajam,” ujar Lionel kepada Bloomberg Technoz, Selasa (13/5/2025).
Sebelumnya, Ketua Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Mukhamad Misbakhun membeberkan data kinerja penerimaan pajak hingga April 2025 yakni sebesar Rp451,1 triliun. Angka ini merosot 27,73% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Selain itu, penerimaan pajak bruto tercatat baru Rp627,54 triliun per April 2025. Angka ini terkontraksi 14,6% (yoy) bila dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pada periode yang sama, pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau restitusi tercatat Rp176,43 triliun atau tumbuh sebesar 59,47% (yoy).
Paparan data itu disampaikan oleh Misbakhun saat melakukan rapat dengar pendapat bersama dengan Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Suryo Utomo pada Rabu (7/5/2025).
"Jadi Bapak [Suryo] nanti cek laporan [penerimaan pajak hingga April 2025] sama dengan [data] di kantor [DJP]. Namun, tidak usah ditanya pak, saya dapat dari mana," ujar Misbakhun dalam RDP dengan Dirjen Pajak Kemenkeu, Rabu (7/5/2025).
Lionel mengatakan kesepakatan antara AS dan China membuat indeks dolar menguat ke atas 100. Namun, kepercayaan investor terhadap dolar AS masih lemah karena kredibilitas Presiden Donald Trump yang rendah dan dinilai tidak bisa dipercaya. Menyitir Bloomberg, indeks dolar AS (DXY) pada perdagangan siang ini melemah 0,24% menjadi 101,54.
Di sisi lain, rupiah cenderung melemah karena belum ada tanda-tanda aliran investasi asing dalam jumlah besar masuk ke pasar modal. Harapannya, kesepakatan antara AS dan China bisa membuat dana asing masuk ke pasar saham maupun obligasi pada Rabu nanti.
Dikonfirmasi secara terpisah, Pengamat Mata Uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai rupiah akan tetap sulit untuk mencapai level Rp16.000-an meski ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China mereda usai kesepakatan menurunkan tarif selama 90 hari ke depan.
Ibrahim menilai rupiah masih akan berkutat pada level Rp16.450/US$ hingga Rp16.800/US$ dalam waktu dekat saat pasar kembali buka usai libur dan cuti bersama Hari Raya Waisak.
"Walaupun perang dagang ini usai, rupiah untuk mencapai level Rp16.000 sangat sulit sekali. Sangat sulit sekali karena memang geopolitik juga sampai saat ini belum usai," ujar Ibrahim kepada Bloomberg Technoz, Selasa (13/5/2025).
Perlu diketahui, nilai tukar rupiah ditutup menguat pada level Rp16.560/US$ pada penutupan perdagangan hari terakhir sebelum libur dan cuti bersama Idulfitri atau pengumuman tarif Presiden AS Donald Trump.
Pada saat pengumuman tarif Trump, rupiah tertekan di kisaran nyaris menyentuh Rp16.800/US$, tepatnya di Rp16.798/US$ di pasar offshore pada 3 April 2025, atau satu hari setelah pengumuman tarif Trump. Kemudian, rupiah ditutup melemah di Rp16.515/US$ pada 9 Mei 2025 sebelum libur dan cuti bersama Hari Raya Waisak.
Sebelumnya, AS sepakat untuk memangkas tarif mereka terhadap barang-barang impor dari China dari sebesar 145% menjadi 30%, termasuk tarif yang dikenakan pada fentanil mulai 14 Mei hingga 90 hari ke depan. Sementara China juga bersedia menurunkan tarif mereka untuk barang-barang impor dari AS dari sebesar 125% menjadi 10%.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam taklimat media yang digelar di Jenewa, pagi waktu setempat atau siang waktu Jakarta.
"Kami telah melakukan diskusi yang sangat kuat dan produktif mengenai langkah-langkah maju terkait fentanil. Kami sepakat bahwa tidak ada pihak yang ingin memisahkan diri," kata Bessent, dilansir dari Bloomberg News, Senin siang.
Bessent juga mengatakan, kedua belah pihak akan membentuk mekanisme untuk melanjutkan diskusi tentang hubungan ekonomi dan perdagangan.
(ell)