Logo Bloomberg Technoz

Gedung Putih dan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth lalu mengunggah ulang pernyataan Menteri Luar Negeri Oman di X bahwa pemerintahnya telah mengoordinasikan gencatan senjata antara AS dan Houthi.

"Di masa depan, tidak ada pihak yang akan menyerang pihak lain, termasuk kapal-kapal Amerika, di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab, untuk memastikan kebebasan navigasi dan kelancaran arus pelayaran komersial internasional," ujar Menlu Oman, Badr Albusaidi, dalam unggahan tersebut.

Dalam wawancara, perwakilan Houthi, Mohammed al-Bukhaiti, mengatakan perjanjian tersebut "berkaitan dengan agresi AS ke Yaman dan bukan dengan operasi kami untuk mendukung Gaza, yang akan terus berlanjut."

Mohammed Al-Houthi, anggota dewan politik kelompok tersebut sekaligus sepupu pemimpinnya, mengatakan dalam unggahan di X bahwa penghentian serangan AS "akan dievaluasi di lapangan terlebih dahulu."

Serangan AS di Yaman mendorong Houthi mengakhiri serangan di Laut Merah. (Bloomberg)

Serangan Houthi terhadap bandara utama Israel pada Minggu memicu penangguhan penerbangan dan mendorong Israel menyerang bandara di Sanaa, ibu kota Yaman pada Selasa. Al-Bukhaiti bersumpah akan menyerang balik Israel.

Houthi mulai menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah setelah Israel melancarkan serangan terhadap Hamas di Jalur Gaza, yang melumpuhkan jalur air vital itu. Sebagian besar serangan telah mereda sejak akhir 2024 karena para pengirim barang mengalihkan kapal-kapalnya ke arah lain, meski kelompok itu terus menyerang kapal-kapal perang AS.

Pada Maret, Houthi mengatakan akan melanjutkan serangan terhadap kapal-kapal Israel, yang telah mereka hentikan selama gencatan senjata di Gaza. Beberapa hari kemudian, Trump memulai serangan militer melawan kelompok tersebut. Pekan lalu, Pentagon mengatakan pasukan AS telah menyerang lebih dari 1.000 target dalam kampanye, yang dijuluki Operation Rough Rider.

Serangan agresif AS memicu tuduhan bahwa AS tidak melakukan banyak hal untuk mencegah jatuhnya korban sipil. Yemen Data Project, kelompok nirlaba yang melacak kampanye tersebut, sebelumnya mengatakan bahwa serangan tersebut telah menewaskan 500 warga sipil sejauh ini.

"Tampaknya optimis bagi saya untuk mulai memasang spanduk 'Misi Tercapai'," kata Jon Alterman, Direktur Program Timur Tengah di Pusat Studi Strategis dan Internasional. "Saya pikir Anda harus mencermati dengan hati-hati dan skeptis untuk melihat bagaimana perilaku mereka berubah."

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS menolak berkomentar lebih lanjut setelah Trump berkomentar.

(bbn)

No more pages