Logo Bloomberg Technoz

Saham-saham kesehatan, saham transportasi, dan saham konsumen primer menjadi pendorong laju IHSG hingga melesat di zona hijau dengan menguat mencapai 2,83%, 1,32% dan 0,92%.

Adapun saham-saham kesehatan yang terbang tinggi di zona positif adalah, saham PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) melesat 9,24%, saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menguat 8,33%, dan saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melejit 4,54%.

Senada, saham transportasi juga melesat hingga menjadi penopang IHSG, saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) terbang 7,12%, saham PT Batavia Prosperindo Trans Tbk (BPTR) mencatat kenaikan 5,88%, dan saham PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) menguat 3,01%.

Saham-saham LQ45 juga melesat dan bergerak pada teritori positif i.a, saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) melesat 6,68%, saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) menguat 6,54%, dan saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) terapresiasi 3,35%.

Sama halnya, tren positif juga terjadi pada saham LQ45 berikut, saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatat penguatan 2,08%, saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) ada kenaikan 1,95%, dan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menguat 1,94%.

APBN Defisit Rp 104,2 T per Maret 2025

Hari ini, Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati memaparkan laporan terbaru Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Hingga per Maret, APBN 2025 mencatat defisit.

Dengan posisi Keseimbangan Primer APBN mencatat surplus sebesar Rp 17,5 triliun.

Pada Rabu, Sri Mulyani mengungkapkan realisasi penerimaan negara per Maret 2025 adalah Rp516,1 triliun. Angka ini setara dengan 17,2% dari target APBN 2025.

“Pendapatan negara pada Februari adalah Rp 316,9 triliun. Jadi dalam waktu 1 bulan pendapatan negara mengalami kenaikan Rp 200 triliun sendiri,” ungkap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita di kantornya, Jakarta, Rabu.

Di lain sisi, belanja negara per Maret tercatat Rp620,3 triliun. Setara 17,1% dari target.

“Dibandingkan Februari yang Rp 136,6 triliun, kenaikannya signifikan. Transfer cukup banyak dan lancar karena Pemerintah Daerah mampu memenuhi persyaratan salur,” paparnya.

Dengan itu, APBN 2025 membukukan defisit Rp 104,2 triliun per Maret. Angka ini setara dengan 0,43% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“APBN 2025 didesain dengan defisit Rp 616,2 triliun atau 2,53% PDB. Jadi kalau Rp 104,2 triliun, bukan hal yang menimbulkan kekhawatiran karena masih dalam desain APBN,” tegas Bendahara Negara.

Sementara Keseimbangan Primer, lanjut Sri Mulyani, tercatat surplus Rp 17,5 triliun per Maret. Keseimbangan Primer yang surplus berarti utang lama tidak perlu dibayar dengan penarikan utang baru. Dalam istilah sehari-hari, tidak gali lubang-tutup lubang.

“Jadi kalau ini (Keseimbangan Primer) masih positif, itu bagus,” kata Sri Mulyani.

(fad)

No more pages