Bloomberg Technoz, Jakarta – PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menyatakan fasilitas pengolahan utama—seperti tailing PT QMB New Energy Materials — yang memiliki smelter hidrometalurgi atau high pressure acid leaching (HPAL) sudah mulai berproduksi usai longsor yang terjadi di sentra industri penghiliran nikel di Sulawesi Tengah pada 22 Maret 2025.
Media Relations Head IMIP Dedy Kurniawan menyebut areal tersebut sudah mulai berproduksi sejak kemarin, Selasa (22/4/2025).
“QMB sudah kembali berproduksi sejak kemarin,” kata Dedy saat dihubungi, Rabu (23/4/2025).
Dedy menyebut IMIP mengupayakan dalam waktu dekat kegiatan operasional sudah kembali normal secara bertahap.
“Kami harapkan secara bertahap dalam waktu tidak terlalu lama akan kembali normal seperti sebelumnya,” ujarnya.
Deddy sebelumnya membenarkan telah terjadi gangguan produksi mixed hydroxide precipitate (MHP) di kawasan industri Morowali usai longsor akhir bulan lalu.
Pascainsiden longsor tersebut, Dedy menyebut IMIP segera menghentikan kegiatan operasional di lokasi kejadian.
“IMIP sendiri berharap situasi ini akan berangsur-angsur mereda dalam beberapa waktu ke depan,” ujarnya Rabu (16/4/2025), tanpa mendetailkan berapa volume produksi yang mengalami gangguan.
Dedy pun tidak menampik insiden longsor di IMIP berpotensi memengaruhi pasokan MHP global, meski menegaskan bahwa IMIP bukanlah satu-satunya kawasan industri di Tanah Air yang menghasilkan MHP.
“Ada beberapa perusahaan lain di antaranya Harita Group yang berlokasi di Halmahera, PT Smelter Nikel Indonesia yang berlokasi di Banten. Selain itu, ada juga beberapa negara produsen nikel lainnya seperti Filipina, Kaledona Baru, Rusia, dan Kanada,” tuturnya.
Analis komoditas menilai insiden longsor tersebut berdampak langsung terhadap produksi derivatif nikel, terutama MHP, yang menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Vice President, Head of Marketing, Strategy and Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menerangkan fasilitas pengolahan utama yang yang memiliki smelter hidrometalurgi atau HPAL mengalami penghentian produksi akibat longsor pada 22 Maret 2025 tersebut.
Sekadar catatan, smelter HPAL mengolah nikel kadar rendah atau limonit menjadi berbagai bahan baku yang dibutuhkan oleh industri baterai. Salah satunya adalah MHP.
Dia menuturkan pada kuartal I-2025 PT QMB telah mengirimkan 25.000 ton nikel atau 8% dari total produksi di IMIP.
Selain itu, industri nikel di sekitar wilayah IMIP juga mengalami penurunan produksi sebesar 20%—30% pascainsiden longsor akhir bulan lalu tersebut.
“Meski demikian, kami melihat skala kecil yang terdampak dan berdasarkan informasi dari IMIP, bahwa operasional keseluruhan tetap berjalan normal meskipun ada potensi penurunan output,” ujar Oktavianus saat dihubungi, Rabu (23/4/2025).
Indonesia memproduksi 2,2 juta ton nikel pada 2024, naik dari tahun sebelumnya sebanyak 1,8 juta ton. Negara ini menyumbang 59,46% dari total produksi nikel dunia dan memiliki 40%—45% total cadangan nikel global.
(mfd/wdh)