Sebuah studi menunjukkan bahwa menghasilkan gambar dari teks membutuhkan energi setidaknya dua kali lipat dibandingkan hanya membuat teks. Sementara itu, model berbasis teks —seperti chatbot atau sistem penjawab otomatis—sudah menggunakan energi hingga 20 sampai 30 kali lebih banyak dibandingkan pencarian internet biasa.

Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa konsumsi energi dari pusat data yang mencakup pelatihan dan operasional model AI akan meningkat dua kali lipat pada tahun depan, mencapai hampir 3% dari konsumsi energi global.
Lebih mencemaskan lagi, hampir setengah dari energi tersebut masih bersumber dari bahan bakar fosil seperti batu bara dan gas alam.
Artinya, penggunaan AI untuk tujuan rekreasional secara massal seperti membuat gambar figur aksi berpotensi menjadi penyumbang baru emisi karbon secara global.
Melo Morris tidak menolak keberadaan AI. Ia tetap meyakini bahwa teknologi ini membawa potensi besar. Namun, menurutnya, adopsi teknologi harus dilakukan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Morris menekankan bahwa masa depan AI memang menjanjikan, tetapi harus dijalankan secara cerdas, sadar, dan berorientasi jangka panjang. Ia mengajak masyarakat untuk berpikir ulang sebelum berpartisipasi dalam tren visual seperti ini.
(wep)