PBV menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar dengan nilai buku perusahaan. Jika PBV < 1, artinya saham tersebut diperdagangkan di bawah nilai bukunya, yang bisa menjadi peluang bagus untuk membeli.
Contoh: Jika saham PT ABC memiliki PBV 1,2x di bulan Januari dan naik menjadi 2x di bulan Juni, maka harga sahamnya mengalami kenaikan yang signifikan karena persepsi pasar terhadap nilai perusahaan ikut naik.
2. Price to Earning Ratio (PER)
PER mengukur seberapa mahal harga saham dibandingkan dengan laba bersih per sahamnya. Semakin rendah PER (idealnya di bawah 15x), semakin murah saham tersebut secara fundamental.
3. Earning Per Share (EPS)
EPS menunjukkan laba bersih perusahaan yang dibagikan untuk setiap lembar saham. EPS yang meningkat dari waktu ke waktu menandakan pertumbuhan kinerja perusahaan.
4. Debt to Equity Ratio (DER)
DER mengukur seberapa besar proporsi utang dibandingkan modal sendiri. DER yang terlalu tinggi menunjukkan perusahaan lebih banyak dibiayai utang, yang dapat meningkatkan risiko jika tidak dikelola dengan baik.
5. Dividend Yield (DY)
DY menggambarkan seberapa besar dividen yang dibagikan terhadap harga saham. Bagi investor jangka panjang, saham dengan DY yang stabil dan meningkat bisa menjadi pilihan menarik.
6. Return on Equity (ROE)
ROE menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang dimiliki. ROE di atas 10% umumnya dianggap sehat, dan semakin tinggi angkanya, semakin baik profitabilitasnya.
Dua Pendekatan Analisis Fundamental: Top Down vs Bottom Up
1. Pendekatan Top Down
Metode ini dimulai dari analisis kondisi ekonomi makro seperti:
-
Stabilitas politik dan ekonomi
-
Inflasi, suku bunga, dan nilai tukar
-
Prospek industri tempat perusahaan berada
Setelah itu, analisis berlanjut ke sektor industri dan perusahaan. Investor dapat mengevaluasi:
-
Pesaing di sektor yang sama
-
Pangsa pasar
-
Inovasi dan strategi bisnis perusahaan
2. Pendekatan Bottom Up
Pendekatan ini dimulai dari analisis laporan keuangan perusahaan secara menyeluruh. Baru setelah itu dilanjutkan dengan mengevaluasi:
-
Tren industri
-
Kinerja kompetitor
-
Faktor ekonomi mikro dan makro yang memengaruhi perusahaan
Strategi ini cocok untuk investor yang fokus pada kualitas dan kesehatan fundamental perusahaan tanpa terlalu dipengaruhi kondisi eksternal terlebih dahulu.
Cara Memilih Saham Berdasarkan Analisis Fundamental
Setelah memahami indikator dan pendekatan analisis, berikut beberapa tips memilih saham berdasarkan analisis fundamental:
-
Pilih saham dengan PBV rendah, terutama jika berada di bawah 1x.
-
Perhatikan EPS yang terus meningkat, menandakan pertumbuhan laba perusahaan.
-
Pastikan ROE di atas 10%, lebih tinggi lebih baik, terutama untuk saham perbankan.
-
Cari PER yang wajar, idealnya tidak lebih dari 15x.
-
Amati ROA yang tinggi, menunjukkan efisiensi pengelolaan aset.
-
DY yang tumbuh dari tahun ke tahun, minimal 3%, menjadi sinyal positif untuk investor dividen.
-
Net Profit Margin (NPM) tinggi, menandakan efisiensi operasional perusahaan.
-
DER di bawah 100%, menandakan struktur keuangan yang sehat.
-
Cash Ratio seimbang, tidak terlalu besar atau kecil, agar perusahaan tetap likuid.
-
Quick Ratio dan Current Ratio tinggi, menunjukkan kemampuan membayar kewajiban jangka pendek.
Analisis fundamental saham adalah pondasi penting bagi setiap investor, khususnya pemula, untuk membuat keputusan investasi yang cerdas dan berdasarkan data. Dengan memahami indikator keuangan dan pendekatan yang tepat, kamu bisa lebih percaya diri dalam memilih saham yang potensial dan meminimalisir risiko.
Selamat berinvestasi, dan jangan lupa selalu lakukan riset sebelum membeli saham!
(seo)






























