Di sisi lain, pemerintah masih berkoordinasi untuk mengkalkulasi berapa biaya investasi yang dibutuhkan dalam mega proyek pembangunan kilang tersebut.
“Karena ini sudah sesuai dengan arahan yang terbaru, jadi harus didistribusikan berdasarkan kapasitas, ya ini lagi dihitung kembali [biaya investasi],” ujarnya.
Yuliot menjelaskan secara beriringan pemerintah akan meningkatkan kapasitas produksi minyak mentah dalam negeri. Tak hanya itu, pemerintah juga bakal mempercepat eksplorasi untuk menambah produksi minyak dalam negeri.
“Dan juga kita akan melakukan ya kira-kira bagaimana proses tender atau lelang untuk wilayah kerja baru bisa dilakukan percepatan,” ucap Yuliot.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia awal pekan ini mengumumkan berubahan rencana pembangunan kilang baru yang sebagian akan didanai oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) itu.
“Tadi kami melakukan rapat untuk membahas implementasi teknis, di mana salah satu yang kami bahas adalah fokus pada refinery,” ujarnya di kompleks Istana Negara seusai rapat terbatas, Senin (10/3/2025) malam.
“[Rencana] yang tadinya kita akan bangun kurang lebih sekitar 500.000 bph, karena kita impor sekitar 1 juta bph, [sehingga] tadi ada terjadi perubahan, akan kita banggun nanti [kapasitasnya kumulatifnya] 1 juta bph,” lanjut Bahlil.
Dia mengelaborasi perubahan rencana tersebut tidak hanya menyangkut kenaikan kapasitas terpasang dari kilang baru yang akan dibuat, tetapi juga lokasi yang disasar.
Tadinya, pemerintah berencana membangun satu kilang berkapasitas 500.000 bph, tetapi kini proyek tersebut akan disebar menjadi beberapa kilang yang dibangun di berbagai tempat, seperti di wilayah Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Hal itu, kata Bahlil, dilakukan agar sejumlah wilayah memiliki kilang dan terjadi pemerataan dalam distribusi bahan bakar minyak (BBM).
(mfd/wdh)



























