Tak berhenti di situ, Media Wahyudi menganggap bahwa proyek tersebut mengabaikan kearifan lokal dengan melakukan model pertanian industri. Di mana, model pertanian tersebut sulit diterapkan oleh para petani setempat.
"Dominasi koorporasi dalam pengelolaannya juga memperparah ketimpangan akses lahan dan manfaat ekonomi. Sementara itu, masyarakat lokal kehilangan sumber penghidupan mereka," jelasnya.
Selain itu, proyek-proyek tersebut justru mengorbankan ekosistem yang telah menopang kehidupan masyarakat setempat selama bertahun-tahun. Jika tidak segera diubah, maka pola kebijakan itu akan menciptakan lebih banyak desa yang kehilangan sumber daya dan kesejahteraan.
Pada diskusi tersebut, dirinya menuturkan bahwa restorasi ekosistem bukan hanya menjadi tanggung jawab masyarakat lokal, tetapi juga memerlukan dukungan kebijakan yang kuat serta kolaborasi berbagai pihak. Hal tersebut dikarenakan, lebih dari 85% sumber penghasilan masyarakat Indonesia bergantung pada sektor alam seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan.
"Pendekatan ekonomi restoratif menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan," tutupnya.
(lav)
