Bloomberg Technoz, Jakarta - Ekonom menilai kebijakan penempatan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) 100% selama setahun akan berperan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dengan kebijakan ini, pemerintah berpotensi mendapat tambahan devisa sekitar US$60 miliar - US$80 miliar melalui kebijakan tersebut.
“Kalau kebijakan DHE ini berhasil ya, ataupun sesuai dengan harapan pemerintah dimana ada tambahan devisa, lets say misalkan US$60 miliar-US$80 miliar, di tahun ini saya lihat tentunya ini akan bisa mendorong ataupun bisa memberikan dampak positif pada negeri,” kata Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede di kantornya, dikutip Senin (10/3/2025).
Dengan target penambahan devisa melalui kebijakan DHE SDA, Josua mengatakan nilai tukar rupiah bisa kembali menguat. Namun, Josua memprediksi pergerakan nilai rupiah dalam waktu dekat masih berada di sekitar Rp16.000/US$.
“Kami melihat memang rupiah di tahun ini mungkin pergerakannya akan sama dibandingkan dengan tahun lalu,” tutur Josua.
Dia menjelaskan ada kombinasi antara tantangan dari eksternal dan kebijakan dalam negeri berupa DHE SDA, serta bagaimana upaya meningkatkan dari sisi nilai tambah ekspor melalui program prioritas pemerintah, melalui program hilirisasi diharapkan bisa meningkatkan suplai valas dalam negeri.
Pelemahan nilai tukar rupiah, tidak terlepas dari dampak perang dagang global, yaitu penerapan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump. Penerapan tarif baru tersebut akan berlaku pada Kanada dan Meksiko pada pekan awal Maret 2025.
Menurut Josua, pengaruh perang dagang global turut akan mempengaruhi nilai tukar rupiah. Dia mengatakan faktor eksternal masih mendominasi terhadap nilai tukar rupiah.
"Bahwa tantangannya masih akan sangat di dominasi oleh faktor eksternal. Khususnya lagi tahun ini kita tahu bahwa kebijakan dari luar negeri, dari Amerika Serikat ini kan sangat-sangat sentral ya. Kebijakan terkait dengan tarif impor Amerika Serikat, dan potensi dari perang dagang ini kan cukup mengemuka," ucapnya.
Nilai tukar rupiah dalam empat hari terakhir menguat Rp325/US$. Penguatan tersebut bergerak dari posisi semula pada tanggal 28 Februari 2025 di Rp16.575/US$ menjadi Rp16.250/US$ pada awal perdagangan 6 Maret 2025.
(lav)