"Seiring dengan perkiraan kondisi makroekonomi tersebut, Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan masih akan tumbuh didorong oleh konsumsi masyarakat yang diperkirakan meningkat," kata Dian.
Hal ini seiring dengan adanya Bulan Ramadhan dan hari raya Idulfitri pada triwulan I-2025, peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2025, dan adanya stimulus ekonomi 2025.
Selanjutnya, mayoritas responden juga meyakini bahwa risiko perbankan pada triwulan I2025 masih terjaga dan terkendali. Hal ini terlihat dari Indeks Persepsi Risiko (IPR) sebesar 55 atau berada pada zona keyakinan bahwa risiko cukup manageable, seiring dengan keyakinan bahwa risiko kredit dan risiko pasar yang tetap terjaga.
Dia mengklaim responden meyakini bahwa kualitas kredit tetap baik, Posisi Devisa Netto (PDN) pada level rendah dengan aset dan tagihan dalam valuta asing (valas) yang lebih besar dibandingkan kewajiban valas (long position), serta rentabilitas masih akan meningkat seiring dengan kenaikan penyaluran kredit.
"Selanjutnya, risiko likuiditas juga diperkirakan masih terjaga stabil dibandingkan triwulan sebelumnya," tutur Dian.
Ekspektasi terhadap kinerja perbankan pada triwulan I-2025 juga optimis dengan Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) sebesar 74. Optimisme kenaikan pertumbuhan kredit pada triwulan I-2025 didorong oleh ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik yang terus berlanjut dan adanya momentum Bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang dapat mendorong permintaan kredit dan aktivitas usaha masyarakat.
Dari sisi penghimpunan dana, responden memperkirakan bahwa pada triwulan I-2025, DPK juga akan tumbuh meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin membaik dan usaha bank memperoleh sumber dana untuk mendukung pertumbuhan kredit.
Pada survei orientasi bisnis perbankan ini, OJK juga menghimpun informasi terkait prospek ekonomi global dan Indonesia tahun 2025. Berdasarkan hasil SBPO diperoleh bahwa pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat. Hal ini didorong oleh ketidakpastian kondisi global seiring dengan masih cukup tingginya tensi geopolitik dan potensi terjadinya trade war.
Selanjutnya, ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diproyeksikan oleh responden tumbuh cukup stabil. Proyeksi tersebut didorong oleh penurunan suku bunga acuan, kebijakan ekonomi pemerintah yang pro-growth, berakhirnya aksi wait and see oleh para investor untuk investasi kembali pasca tahun politik di 2024, serta inflasi yang diperkirakan masih terkendali.
Sebagai informasi, survei orientasi bisnis perbankan ini menghasilkan Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP), yaitu indeks komposit yang menunjukkan persepsi dengan rentang nilai 1-100, di mana indeks >50 menunjukkan persepsi optimis, indeks =50 menunjukkan persepsi stabil, dan indeks <50 menunjukkan persepsi pesimis.
IBP terdiri dari tiga subindeks yaitu Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM), Indeksi Persepsi Risiko (IPR) dan Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK). Selain ketiga indeks tersebut, survei ini juga menghasilkan informasi lain yang sedang menjadi isu hangat pada industri perbankan serta hal-hal yang dianggap dapat berpengaruh terhadap kinerja perbankan.
Secara historis, hasil survei SBPO relatif cukup akurat dalam memprediksi arah dari beberapa indikator makroekonomi maupun perbankan di Indonesia.
(lav)
































