Logo Bloomberg Technoz

Investigasi ini akan dilakukan berdasarkan Pasal 232 Undang-Undang Perluasan Perdagangan, yang memberikan wewenang luas kepada presiden untuk menerapkan pembatasan perdagangan dengan alasan keamanan nasional. Trump sebelumnya telah menggunakan wewenang ini untuk menerapkan tarif 25% pada baja dan aluminium, yang dijadwalkan berlaku mulai Maret.

Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengatakan bahwa langkah ini juga mencakup tinjauan terhadap produk lain yang mengandung tembaga. Ia menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali industri tembaga domestik AS.

"Seperti halnya industri baja dan aluminium kita, industri tembaga Amerika telah dihancurkan oleh pelaku global yang menyerang produksi dalam negeri," ujar Lutnick. "Jika diperlukan, tarif dapat membantu membangun kembali industri tembaga kita sekaligus memperkuat pertahanan nasional."

Penasihat perdagangan Trump, Peter Navarro, secara khusus menyoroti peran China dalam masalah ini. "China telah lama menggunakan kelebihan kapasitas industri dan praktik dumping sebagai senjata ekonomi untuk mendominasi pasar global, secara sistematis melemahkan pesaing dan menghancurkan industri di negara lain," kata Navarro.

Berdasarkan data Survei Geologi AS, konsumsi tembaga olahan di AS mencapai 1,6 juta ton pada 2024. Namun, sekitar 36% dari permintaan ini dipenuhi oleh impor, menurut riset Morgan Stanley.

Meskipun AS merupakan produsen tembaga yang cukup besar dengan produksi 850.000 ton tembaga primer tahun lalu, negara ini masih sangat bergantung pada impor dari mitra dagang utama. Chili menjadi pemasok terbesar dengan 38% dari total impor, disusul oleh Kanada (28%) dan Meksiko (8%).

Pernyataan Trump bulan lalu mengenai rencana tarif tembaga mengejutkan pasar perdagangan fisik komoditas tersebut. Selama masa kepresidenan pertamanya, Trump tidak memasukkan tembaga dalam kebijakan perang dagangnya.

Harga tembaga berjangka di New York melonjak sekitar 13% sepanjang tahun ini, didorong oleh spekulasi bahwa hambatan perdagangan akan meningkatkan harga bagi konsumen AS. Pengumuman mendadak Trump menyebabkan perbedaan harga yang signifikan antara pasar AS dan global, dengan kontrak berjangka tembaga di Comex New York sempat diperdagangkan dengan premi lebih dari USD 1.200 per ton dibandingkan kontrak serupa di Bursa Logam London (LME).

Banyak pertanyaan muncul mengenai bagaimana tarif ini akan mempengaruhi aliran pasokan tembaga ke pasar AS. Kebijakan ini diperkirakan akan meningkatkan biaya impor dan dapat memaksa eksportir untuk mengalihkan pengiriman ke negara lain. Namun, dampaknya belum sepenuhnya jelas. Sebagai perbandingan, meskipun tarif aluminium akan segera diberlakukan, pasokan logam tersebut tetap mengalir ke AS karena pasar alternatif di Eropa dan wilayah lain sudah memiliki pasokan yang cukup.

Trump juga mengumumkan rencana penerapan tarif tambahan sebesar 25% pada mobil, kayu, semikonduktor, dan obat-obatan, yang kemungkinan akan diumumkan pada 2 April. Selain itu, China telah dikenai tarif baru sebesar 10% untuk produk impornya, sementara Kanada dan Meksiko dijadwalkan terkena tarif 25% pada Maret. Meski begitu, seorang pejabat AS mengatakan bahwa jadwal penerapan tarif untuk Kanada dan Meksiko masih dapat berubah.

Kebijakan tarif paling luas yang direncanakan Trump adalah tarif timbal balik (resiprokal), yang akan diterapkan terhadap negara-negara yang mengenakan pajak impor terhadap produk AS. Rekomendasi terkait kebijakan ini diharapkan rampung pada April, dengan Trump berencana untuk menyamakan tarif dan hambatan non-tarif dengan negara-negara mitra dagang.

Namun, sebagian besar ekonom arus utama memperingatkan bahwa tarif impor berisiko memperburuk inflasi yang sudah membuat masyarakat AS resah. Selain itu, mereka juga meragukan bahwa kebijakan ini akan mendatangkan pendapatan yang diharapkan Trump dan justru berpotensi mengurangi atau mengalihkan arus perdagangan global.

(bbn)

No more pages