Logo Bloomberg Technoz

Beberapa faktor utama yang mempengaruhi penurunan ini termasuk regulasi ketat di Tiongkok yang menyebabkan aktivitas IPO terendah dalam satu dekade, serta penurunan volume tajam di Australia. Namun, di sisi lain, India mencatatkan volume IPO tertinggi secara global, sementara AS kembali menjadi pasar dengan hasil IPO terbesar.

Di kawasan ASEAN, aktivitas IPO juga menurun. Malaysia menjadi bursa tersibuk dengan 49 IPO yang menghimpun US$1,7 miliar, diikuti Indonesia dengan 41 IPO senilai US$921 juta, dan Thailand dengan 31 IPO senilai US$808 juta. 

Meskipun mengalami penurunan, Indonesia tetap menjadi salah satu tujuan menarik bagi perusahaan yang didukung modal ventura dan ekuitas swasta.

Meski pasar IPO Indonesia mengalami tekanan di 2024, ada harapan baru di tahun 2025. Bursa Efek Indonesia menargetkan 66 IPO tahun ini, dengan 16 perusahaan memiliki aset di atas Rp250 miliar. 

Sentimen investor juga diperkirakan lebih positif, seiring dengan kepastian kebijakan pemerintahan baru, kelanjutan pembangunan infrastruktur, serta potensi penurunan suku bunga yang dapat meningkatkan likuiditas di pasar modal.

Namun, tantangan tetap ada. Persaingan dengan pasar regional, dampak dari IPO berkinerja buruk di tahun sebelumnya, serta ketegangan geopolitik global masih menjadi faktor yang perlu diwaspadai. 

Selain itu, reformasi kebijakan yang tengah dipersiapkan oleh BEI, seperti peningkatan batas free float dan perubahan persyaratan operasional perusahaan, juga bisa mempengaruhi minat emiten baru untuk melantai di bursa.

Menurut EY Indonesia Strategy and Transactions Partner, Reuben Tirtawidjaja, sektor infrastruktur dan energi terbarukan berpotensi menjadi pendorong utama IPO di tahun ini. 

“Tantangan tetap ada, tetapi dengan strategi yang tepat dan upaya meningkatkan kepercayaan investor, pasar IPO Indonesia bisa kembali bergairah di 2025,” ujarnya.

(dhf)

No more pages