Keempat, sistem penyimpanan energi baterai membutuhkan investasi US$6 miliar dengan kapasitas 32 GWh. Kelima, nuklir membutuhkan investasi US$29 miliar dengan kapasitas 5 GW.
Keenam, membangun saluran transmisi dan gardu induk membutuhkan investasi US$36 miliar untuk 70.000 kilometer sirkuit (kms). Ketujuh, jaringan atau smart grid dari ujung ke ujung membutuhkan investasi US$7 miliar untuk lima wilayah dan 38 provinsi.
Dalam paparannya, Suroso menjelaskan PLN merencanakan membangun pembangkit 75% EBT dan 25% gas dalam program Accelerated Renewable Energy Development (ARED).
Dalam rencana tersebut, PLN menargetkan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 102 GW pada 2040, di mana 75 GW di antaranya berasal dari EBT yang mencakup angin 15 GW, solar 27 GW, geotermal 7 GW, bioenergi 1 GW, dan hidro 25 GW. Sementara 5 GW berasal dari nuklir dan 22 GW berasal dari gas.
(dov/ros)






























