Dalam kesempatan yang sama, Airlangga juga mengatakan pemerintah juga memperhatikan hasil negosiasi kerja sama perdagangan antara AS dengan Meksiko dan Kanada yang sedang dalam proses evaluasi. "Jadi kita bisa lihat saja di situ jadi benchmark untuk kerja sama kita ke depan," tutur dia.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Donald Trump mengaku akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% untuk barang-barang dari China dan 25% untuk semua produk dari Meksiko dan Kanada. Alasannya, untuk mengatasi migrasi ilegal dan peredaran obat-obatan terlarang yang melintasi perbatasan AS.
Dalam unggahan di jaringan Truth Social miliknya pada Senin (25/11/2024), Trump mengklaim bahwa China gagal memenuhi janji untuk menerapkan hukuman mati bagi para pengedar fentanil, dan menulis, “Obat-obatan mengalir masuk ke negara kita, sebagian besar melalui Meksiko, dalam jumlah yang belum pernah terlihat sebelumnya.”
“Sampai mereka menghentikannya, kami akan mengenakan tarif tambahan 10% pada produk-produk mereka yang masuk ke Amerika Serikat, di luar tarif tambahan lainnya,” kata Trump.
Dalam unggahan lain, Trump juga berjanji akan mengenakan tarif 25% pada “Semua produk” dari Meksiko dan Kanada, dan mengatakan akan menandatangani perintah eksekutif untuk itu pada hari pertama ia menjabat.
“Seperti yang kita semua ketahui, ribuan orang melintas melalui Meksiko dan Kanada, membawa kejahatan dan obat-obatan dalam jumlah yang belum pernah terlihat sebelumnya,” tambah Trump. “Tarif ini akan berlaku sampai obat-obatan, khususnya fentanil, dan semua imigran ilegal berhenti melakukan invasi ke negara kita!”
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memprediksi prospek ekonomi global tahun 2025-2026 akan meredup. Ini dampak dari terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dengan slogan America First dan kondisi geopolitik.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo ada lima karakteristik yang akan membuat ketidakpastian semakin tinggi dari terpilihnya Trump. Pertama, pertumbuhan yang lebih lambat dan berbeda atau slower and divergent growth di mana pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun tahun 2025-2026.
“Ekonomi AS akan menguat, China dan Eropa melambat. Indonesia dan India masih cukup baik,” ungkap Perry dalam acara tahunan Para Bankir di Jakarta, Jumat (29/11/2024).
Kedua, adanya potensi penurunan inflasi dunia akan melambat dan bahkan adanya ancaman gangguan rantai pasok dan perang dagang.
Ketiga, Kenaikan imbal hasil yang lebih tinggi. Penurunan fed fund rate atau bunga acuan AS akan lebih rendah sementara imbal hasil surat utang AS masih tinggi mencapai 4,7% pada 2025 dan mencapai 5% pada 2026.
“Ini karena membengkaknya defisit fiskal dan utang pemerintah AS,” terang Perry.
Keempat, dolar yang kuat yang berdampak pada depresiasi seluruh mata uang dunia termasuk rupiah. Kelima, kembali dana investor ke pasar AS karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar.
(lav)






























