Logo Bloomberg Technoz

Harga bijih besi mengalami penurunan hampir sepanjang tahun 2024 karena perlambatan ekonomi di China, termasuk krisis properti yang berlarut-larut, menghambat permintaan baja domestik.

Gangguan industri telah memaksa pabrik untuk mengurangi produksi, sambil meningkatkan penjualan luar negeri. Dalam beberapa minggu terakhir, Beijing telah mengeluarkan langkah-langkah baru untuk menopang pertumbuhan ekonomi, dengan inisiatif moneter dan fiskal, meskipun rincian yang terakhir masih samar-samar.

Pada saat yang sama, perusahaan tambang terkemuka telah meningkatkan pasokan, dengan operasi mereka dilindungi oleh biaya per ton yang masih jauh di bawah level spot saat ini.

Di Australia, arus melalui Port Hedland—terminal ekspor massal terbesar di negara itu,—mencetak rekor untuk September. Di Brasil, pengiriman untuk bulan itu merupakan yang tertinggi kedua yang pernah tercatat.

Harga bijih besi turun sebanyak 1% menjadi US$106,50 per ton, dan diperdagangkan pada US$107,10 pada pukul 1:56 siang di Singapura. Harganya telah turun hampir seperempat tahun ini, sehingga bahan pokok pembuatan baja tersebut menjadi salah satu komoditas utama dengan kinerja terburuk pada tahun 2024. Di China, kontrak baja dengan harga yuan menurun.

(bbn)

No more pages
Bloomberg Billionaires Index Indonesia