Logo Bloomberg Technoz

Industri Mamin Tertekan Rupiah Akibat Tak Banyak yang Ekspor

Pramesti Regita Cindy
06 April 2024 14:00

Berbelanja Kebutuhan Makanan di Minimarket (Iya Forbes/Bloomberg)
Berbelanja Kebutuhan Makanan di Minimarket (Iya Forbes/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menilai tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dapat berdampak buruk terhadap industri tersebut. Terlebih, sebagian besar penjualan industri makanan dan minuman (mamin) masih mengandalkan pasar domestik.

"Kalau kita lihat ekspor mamin di luar sawit itu sekitar US$18 miliar lebih, [tetapi] hanya sekitar 7%—8% dari total [penjualan industri mamin], 90% lebih masih mengandalkan pasar domestik. Jadi dengan pelemahan rupiah atau kenaikan inflasi, tentu akan berpengaruh jelek kepada industri mamin," jelas Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman ketika dihubungi Bloomberg Technoz.

Mengacu kepada hal tersebut, Adhi menjelaskan hanya perusahaan mamin yang ekspornya cukup besar yang akan menghasilkan kenaikan keuntungan di tengah pelemahan rupiah, kendati biaya untuk mengimpor bahan bakunya ikut terekerek.

"Namun, [perusahaan] yang ekspornya kecil, tentunya ini akan makin berat seperti yang saya katakan, akan berpengaruh kepada bahan pokok," ungkapnya.

Berkaitan dengan langkah yang akan diambil ke depan untuk menghadapi kelemahan rupiah, Adhi menyatakan bahwa perusahaan mamin skala kecil mungkin akan kesulitan menahan lonjakan harga, sementara perusahaan besar cenderung bertahan dengan mengurangi margin keuntungan meskipun harga bahan baku meningkat.